KURUN KE-TIGA HIJRIYAH
Al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (w. 204 H)
Nama asli dari al-Imam Syafi’I adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdi Manaf. Gelar beliau adalah Abu Abdillah.
Orang arab biasanya jika menulis nama mendahulukan gelar daripada nama, sehingga disebut Abu Abdillah Muhammad bin Idris. Belai lahir di Gaza, bagian selatan Palestina, pada tahun 150 Hijiriyah, pertengahan abad kedua hijriyah. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa beliau lahir di Asqalan, tatapi kedua perkataan itu tidaklah berbeda karena Gaza dahulunya adalah daerah Asqalan. Kampung halaman Imam Syafi’I bukan di Gaza (Palestina) tapi di Mekkah (Hijaz). Kedua orang tua beliau datang ke Gaza untuk sebuah keperluan dan tidak lama beliau lahir di situ.
Suatu ketika ayah Imam Syafi’i wafat di Gaza dan beliau menjadi yatim, diasuh oleh Ibunya. Sejarah telah mencatat ada 2 peristiwa penting sekitar kelahiran Imam Syafi’I rahimahullah ;
1. Sewaktu Imam Syafi’imasih dalam kandungan, ibunya bermimpi bahwa sebuah bintang telah keluar dari perutnya dan terus naik membubung tinggi, kemudian bintang itu berhamburan dan berserak menerangi daerah-daerah disekelilingnya. Ahli mimpi memaknai mimpi itu bahwa ia akan melahirkan seorang putra yang ilmunya meliputi seluruh jagat.
Sekarang telah menjadi kenyataan bahwa ilmu Imam Syafi’i memang memenuhi dunia, bukan saja di tanah Arab, timur tengah dan Afrikan, tetapi juga sampai kearah timur jauh, ke Indonesia, Malaysia, Thailand, Piliphina dan lainnya.
2. Sepanjang sejarah pada hari dimana Imam Syafi’I dilahirkan, meninggal dua orang Ulama Besar, seorang di Baghdad (Irak) yaitu al-Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit (Pengasas Madzhab Hanafi) dan seorang Ulama lagi di Mekkah yaitu al-Imam Ibnu Jurej al-Makky, Mufti Hijaz disaat itu.
Seorang ahli firasat berkata, ini merupakan pertanda bahwa anak yang lahir ini akan menggantikan yang meninggal dalam “ilmu dan kecerdasan”nya. Memang firasat ini akhirnya terbukti dalam kenyataan.
Nasab Imam Syafi’I adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdi Manaf bin Qushay. Abdul Manaf bin Qusyai yang menjadi kakek ke-9 Imam Syafi’I adalah Abdul Manaf bin Qushai yang juga menjadi kakek ke-4 Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa silsilah Nabi Muhammad adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Marah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Quzaiman bin Mudrikah bin Ilyas, bin Ma’ad bin Adnan sampai kepada Nabi Ismail as dan Nabi Ibrahim as.
Maka jelaslah bahwa silsilah Imam Syafi’i bertemu dengan silsilah Nabi Muhammad SAW.
Adapun dari pihak Ibu, Fatimah binti Abdmullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ibu Imam Syafi’i adalah cucu dari cucu Sayyidina Ali bin Abi Thalib, menantu, sahabat Nabi dan Khalifah ke-4 yang terkenal. Sepanjang sejarah telah ditemukan bahwa Said bin Abu Yazid, kakek Imam Syafi’I ke-5 adalah sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi baik dilihat baik dari segi nasab maupun dari segi keturunan ilmu, maka Imam Syafi’i Rahimahullah adalah kerabat Nabi Muhammad SAW.
Gelar “asy-Syafi’i” dari Imam Syafi’i rahimahullah diambil dari kakek ke-4 beliau yaitu Syafi’ib in Saib. Selengkapnya silahkan [download disini].
Al-Imam al-Humaidi (w. 219 H)
Inilah di antara 11 orang murid-murid langsung dari Imam Syafi’i yang kemudian menjadi Ulama’ Besar dan tetap teguh memegang Mazhab Syafi’i. Maka dengan perantaraan beliau-beliau inilah Mazhab Syafi’i tersiar luas ke pelusuk-pelusuk dunia Islam terutama ke bahagian Timur dari Hijaz, iaitu Iraq, ke Khurasan, ke Maawara An-Nahr, ke Azerbaiyan, ke Tabristan, juga ke Sind, ke Afghanistan, ke India, ke Yaman dan terus ke Hadhramaut, ke Pakistan, India dan Indonesia.
Beliau-beliau ini menyiarkan Mazhab Syafi’i dengan lisan dan tulisan. Selain dari itu ada dua orang murid Imam Syafi’i yaitu Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241H) yang kemudian ternyata membentuk satu aliran dalam fiqih yang bernama Mazhab Hanbali. Yang kedua Syeikh Muhammad bin ‘Abdul Hakam , seorang Ulama’ murid langsung dari Imam Syafi’i yang ilmunya tidak kalah dari Al-Buwaiti. Beliau ini pada akhir umurnya berpindah ke Mazhab Maliki dan wafat dalam tahun 268H. di Mesir.
Ulama’-ulama’, murid yang langsung dari Imam Syafi’i ini boleh dinamakan Ulama’-ulama’ Syafi’iyah, iaitu Ulama’-ulama’ Syafi’iyah tingkatan pertama. Ada tingkatan kedua, iaitu Ulama’- ulama’ Syafi’iyah yang wafat dalam abad ketiga juga, tetapi tidak belajar kepada Imam Syafi’i sendiri, melainkan kepada murid-murid Imam Syafi’i. Ulama’-ulama’ itu adalah : Ahmad bin Syayyar Al-Marwazi, Imam Abu Ja’far At-Tirmizi, Abu Hatim Ar-Razi, Imam Bukhari, Al-Junaid Baghdad, Ad-Darimi, Imam Abu Daud dan lain-lain.
Sebelas murid-murid langsung dari Imam Syafi’i adalah Imam Ar-Rabi’ bin Sulaiman Al-Muradi, Al-Buwaiti, Al-Muzani, Harmalah At-Tujibi, Az-Za’farani, Al-Karabisi, At-Tujibi, Muhammad bin Syafi’i, Ishaq bin Rahuyah dan Al-Humaidi Wafat di Makkah pada tahun 219H.
Al-Imam al-Buwaiti (w. 231 H)
Imam Syafi’I berkata ; “Tidak seorangpun yang lebih berhak ata kedudukanku melebihi dari Yusuf bin Yahya al-Buwaiti “ dan Imam Syafi’I berwasiat jika beliau wafat maka yang akan menggantikan kedudukan beliau mengajar adalah al-Imam Buwaiti ini.
Beliau menggantikan Imam Syafi’I berpuluhan tahun dan pada akhir umur hidup beliau ditangkap kerena persoalan “fitnah Qur’an” yaitu tentang apakah al-Qur’an itu makhluk atau tidak, yang digerakkan oleh kaum Muktazilah. Akhirnya al-Imam Buwaiti ditangkap oleh Khalifah yang pro terhadap paham Muktazilah, lalu dibawa dengan ikatan rantai ditubuhnya ke Baghdad. Beliau wafat dipenjara pada tahun 231 Hijriyah. Beliau syahid karena mempertahankan kepercayaan dan i’tiqad beliau yaitu I’tiqad kaum Ahlus Sunnah wal Jamaah yang mempercayai bahwa al-Qur’an itu adalah kalamullah yang Qadim, bukan “ciptaan Allah” (Makhluk).
Al-Imam Ishaq bin Rahuyah (w. 238 H)
Al-Imam Muhammad bin Syafi’i (w. 240 H)
Al-Imam al-Karabisi (w. 245 H)
Al-Imam at-Tujibi (w. 250H)
Al-Imam al-Muzani (w. 264 H)
Al-Imam Harmalah at-Tujibi (w. 243 H)
Selain ahli Fiqh Syafiyyah yang terkenal, beliau juga juga ahli Hadits yang menghafal hadits-hadits Nabi. Khabarnya beliau telah menghafal 10.000 hadits Nabi. Diantara ahli hadits yang menjadi murid dari Harmalah, diantaranya adalah Imam Muslim, Imam Ibnu Qutaibah, Imam Hasan bin Sofyan dan lain-lain.
Al-Imam Bukhari (w. 256 H)
Perjalanan beliau ini adalah dalam rangka mencari ulama’-ulama’ yang menyimpan hadits dalam dadanya untuk dituliskannya di dalam kitab yang ketika itu sangat kurang sekali. Kitab Sohih Bukhari itu adalah kitab agama Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Hadits-hadits di dalamnya menjadi sumber hukum yang kuat dalam fiqih (hukum) Islam. Pada mulanya beliau sampai menghafal hadits sebanyak 600,000 hadits yang diambilnya dari 1,080 orang guru, tetapi kemudian setelah disaring dan disaringnya lagi, maka yang dituliskannya dalam kitab Sohih Bukhari hanya 7,275 hadits. Kalau disatukan hadits yang berulang-ulang disebutnya dalam kitab itu, jadinya berjumlah 4,000 hadits yang kesemuanya hadits sohih dan diterima oleh seluruh dunia Islam, terkecuali oleh orang yang buta mata hatinya.
Di antara guru beliau dalam fiqih Syafi’i adalah Imam Al-Humaidi, sahabat Imam Syafi’i yang belajar fiqih daripada Imam Syafi’i ketika berada di Makkah Mukarramah.
Juga beliau belajar fiqih dan Hadits daripada Za’farani, Abu Thur dan Al-Karabisi, ketiganya adalah murid Imam Syafi’i. Demikianlah diterangkan oleh Imam Abu ‘Asim Al-Abbadi dalamkitab “Tobaqat”nya. Beliau tidak banyak membicarakan soal fiqih, tetapi hampir semua pekerjaan beliau berkisar kepada hadits-hadits saja yang tidak mengambil hukum dari hadits-hadits itu. Ini suatu bukti bahawa beliau bukan Imam Mujtahid, tetapi ahli hadits yang di dalam furu’ Syari’at beliau menganut Mazhab Syafi’i.
Di dalam kitab “Faidhu Qadir” syarah Jamius Saghir pada juzu’ I halaman 24 diterangkan bahawa Imam Bukhari mengambil fiqih daripada Al-Humaidi dan sahabat Imam Syafi’i yang lain. Imam Bukhari tidak mengambil hadits daripada Imam Syafi’i kerana beliau meninggal dalam usia muda, tetapi Imam Bukhari belajar dan mengambil hadits daripada murid-murid Imam Syafi’i.
Tetapi sesungguhnya begitu, di dalam kitab Sohih Bukhari ada dua kali Imam Syafi’i disebut, iaitu pada bab Rikaz yang lima dalam kitab Zakat dan pada bab Tafsir ‘Araya dalam kitab Buyu’. (Lihat Fathul Bari juzu’ IV, halaman 106 dan pada juzu’ V halaman 295).
Al-Imam az-Za’farani (w. 260 H)
Al-Imam Muslim (w. 261 H)
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya
- Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Musli
- Al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadits)
- Kitab al-Asma wal-Kuna
- Kitab al-Ilal
- Kitab al-Aqran
- Kitab Su`alatihi Ahmad bin Hambal
- Kitab al-Intifa` bi Uhubis-Siba`
- Kitab al-Muhadramin
- Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid
- Kitab Auladish-Shahabah
- Kitab Auhamil-Muhadditsin
Al-Imam Ahmad bin Syayyar al-Marwazi (w. 268 H)
Al-Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi (w. 270 H)
Al-Imam Ibnu Majah (w. 275 H)
Al-Imam Abu Daud (w. 276 H)
Al-Imam Abu Hatim ar-Razi (w. 277 H)
Al-Imam ad-Darimi (w. 280 H)
Imam Abu Ja’far at-Tirmidzi (w. 295 H)
Al-Imam Junaid al-Baghdadi (w. 298 H)
KURUN KE-EMPAT HIJRIYAH
- al-Imam an-Nasa’i (w. 303 H)
- al-Imam at-Thabari (w. 305 H)
- al-Imam Ibnu Surej (w. 306 H)
- al-Imam ‘Abdullah bin Muhammad Ziyad an-Nisaburi (w. 324 H)
- al-Imam Ibnu Qasi (w. 335 H)
- al-Imam as-Su’luki (w. 337 H)
- al-Imam al-Asy’ari (w. 324 H)
- al-Imam Abu Ishaq al-Marwazi (w.340 H)
- al-Imam Ibnu Abi Hurairah (w. 345 H)
- al-Imam al-Mus’udi (w. 346 H)
- al-Imam Abu Saib al-Marwazi (w. 362 H)
- al-Imam Abu Hamid sl-Marwazi (w. 362 H)
- al-Imam as-Sijistani (w. 363 H)
- al-Imam al-Qaffal al-Kabiir (w. 365 H)
- al-Imam ad-Dariki (w. 375 H)
- al-Imam Ibnu Abi Hatim (w. 381 H)
- al-Imam al-Daruquthni (w. 385 H)
- al-Imam al-Jurjani (w. 393 H)
KURUN KE-LIMA HIJRIYAH
- al-Imam al-Baqilani (w. 403 H)
- al-Imam Hakim [Hakim al-Naisaburi] (w. 405 H)
- al-Imam al-Asfaraini (w. 406 H)
- al-Imam as-Sinji (w. 406 H)
- al-Imam Ibnu Mahamili (w. 415 H)
- al-Imam ats-Tsa’labi (w. 427 H)
- al-Imam al-Mawardi (w. 450 H)
- al-Imam al-Baihaqi (w. 458H)
- al-Imam al-Haramain (w. 460H)
- al-Imam al-Qusyairi (w. 465H)
- al-Imam asy-Syirazi (w. 476 H)
- al-Imam al-‘Aziz (w. 494 H)
- al-Imam at-Thabari (w. 495 H)
KURUN KE-ENAM HIJRIYAH
- al-Imam al-Kayahirasi (w. 504 H)
- al-Imam al-Ghazali (w. 505 H)
- al-Imam Abu Bakar asy-Syasyi al-Qaffal (w. 507 H)
- al-Imam al-Baghawi (w. 510 H)
- al-Imam Syahrastani (w. 548 H)
- al-Imam Abul Husain Yahya al-Amrani al-Yamani (w. 558 H)
- al-Imam Syihabuddin Abu Syuja’ (w. 593 H)
KURUN KE-TUJUH HIJRIYAH
- al-Imam ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam (w. 606 H)
- al-Imam ar-Razi (wafat 606 H)
- al-Imam Ibnu Atsir (w. 606 H)
- al-Imam Ibnu Shalah (w. 643 H)
- al-Imam ar-Rafi’i (w. 623 H)
- al-Imam an-Nawawi (w. 676 H)
KURUN KE-DELAPAN HIJRIYAH
- al-Imam Taqiyuddin Ibnu Daqiqil ‘Id (w. 702 H)
- al-Imam Zamlukani (w. 727 H)
- al-Imam Taqiyuddin as-Subki (w. 756 H)
- al-Imam Tajuddin Subki (w. 771 H)
- al-Imam Ibnu Katsir (w. 774 H)
- al-Imam Zarkasyi (w. 794 H)
KURUN KE-SEMBILAN HIJRIYAH
- al-Imam al-Mahalli (w. 835 H)
- al-Imam Ibnu Mulaqin (w. 804 H)
- al-Imam Ibnu Ruslan (w. 844 H)
- al-Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani (w. 852 H)
- al-Imam al-Husaini al-Hishni (w. 829 H)
- al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Manhaji al-Qahari (w. 880 H)
KURUN KE-SEPULUH HIJRIYAH
- al-Imam as-Suyuthi (w. 911 H)
- al-Imam Abdullah bin Abdurramah Bafadlal al-Hadlrami (w. 918 H)
- al-Imam Qasthalani (w. 923 H)
- al-Imam Zakaria al-Anshari (w. 926 H)
- al-Imam al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H)
- al-Imam Khatib Syarbaini (w. 977 H)
- al-‘Allamah Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari (w. 987 H)
- al-Imam Ahmad ‘Umairah (w. 957 H)
KURUN KE-SEBELAS HIJRIYAH
- al-Imam ar-Ramli (w. 1004 H)
- al-Imam ar-Raniri (w. 1068 H)
- al-Imam Ahmad Salamah al-Qalyubi (w. 1069 H)
- Imam-Imam lainnya pada abad ini sebenarnya banyak.
KURUN KE-DUA BELAS HIJRIYAH
- al-Habib ‘Abdullah ibn ‘Alwi al-Haddad (w. 1132 H)
- Syaikh Sayyid Ja’far al-Barzanji (W. 1184 H)
KURUN KE-TIGA BELAS HIJRIYAH
- al-Imam asy-Syarqawi (w. 1227 H)
- al-Imam al-‘Allamah Syaikh Sulaiman al-Jumal (w. 1204 H)
- al-Imam al-Bujairami al-Mishri (w. 1221 H)
- Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari (w. 1227 H)
- Syaikh asy-Syanwani (w. 1233H)
- Syaikh Abdus Samad al-Falembani/Palembang
- Syaikh Daud ‘Abdullah al-Fathani (w. 1265 H)
- al-Imam Al-Bajuri (w. 1276 H)
KURUN KE-EMPAT BELAS HIJRIYAH
- Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Makkah (w. 1304 H)
- Syaikh al-Bakri Syatha ad-Dimyathi (w. 1302 H)
- Syaikh an-Nawawi al-Bantani al-Jawi (W. 1316 H)
- Syaikh Muhammad Khalil al-Maduri [Bangkalan]
- Syaikh Wan Ali Kutan (w. 1331 H)
- Syaikh Utsman Betawi (w. 1333 H)
- Syaikh Ahmad Khatib (w. 1334 H)
- Syaikh Utsman Senik (w. 1336 H)
- al-‘Allamah az-Zuhri al-Ghamrawi (w. 1337 H)
- Syaikh Utsman as-Saraqawi (w. 1339 H)
- Syaikh Muhammad Sa’ad (w. 1339 H)
- Syaikh Muhammad Sa’id al-Linggi (w. 1345 H)
- Syaikh Yusuf Bin Isma’il al-Nabhani (w. 1350 H)
- Syaikh Muhammad Shaleh al-Minankabawi (w.1351 H)
- Syaikh Wan Sulaiman (w. 1354 H)
- Syaikh Hasan Ma’sum (w. 1355 H)
- Syaikh Abu Bakar Muar (w. 1357 H)
- Syaikh Abdul Latif at-Tanbi (w. 1358 H)
- Imam Ya’qub al-Kalantani (w. 1360 H)
- Syaikh Muhammad Jamil Jaho (w. 1360 H)
- Syaikh Muhammad Shaleh Kedah
- Syaikh Hasyim Asy’ari (w. 1367 H)
- Syaikh Abdul Mubin al-Jarimi al-Fathani (w. 1367 H)
- Syaikh Abdul Wahid (w. 1369 H)
- Syaikh Muhammad Fadlil Banten (w. ? H)
- Syaikh Mustafa Husein (w. 1370 H)
- Syaikh Abbas Qadi (w. 1370 H)
- Syaikh Tahir Jalaluddin al-Azhari (w. 1376 H)
- Syaikh Tengku Mahmud az-Zuhdi (w. 1376 H)
- Syaikh Abdullah Fahim (w. ? H)
- Syaikh Muda Wali (w. 1380 H)
- Syaikh Abdurrahman al-Kalantani (w. 1391 H)
- Syaikh Ismail al-Asyi (w. ? H)
- Syaikh Ihsan Dahlan al-Jampesi’
- Syaikh Zainal Abidin bin Muhammad al-Fathani (w. ? H)
KURUN KE-LIMA BElAS HIJRIYAH
- Syaikh [KH.] Sirajuddin ‘Abbas (w. 1400 H)
- Syaikh Muhammad Idris al-Marbawi (W. 1409 H)
- Mufti Haji Ismail Omar (w. 1413 H)
- Syaikh’ [Kiyai] Shamsuddin (w. 1418 H)
- K.H.M. Syafi’i Hadzami (w. 1427 H)
- Syaikh Muhammad Fuad al-Maliki
- Syaikh Nuh ‘Ali Salman al-Qudah (w. 1432 H)
- Syaikh Ahmad Sahl al-Hajini
- Syaikh Mushthafa al-Khin
- Syaikh Mushthafa al-Bugha
Disarikan dari buku “SEJARAH DAN KEAGUNGAN MADZHAB SYAFI’I (Oleh KH. Sirajuddin Abbas)” dan dari berbagai sumber. Masih banyak ulama-ulama bermadzhab Syafi’iyyah yang tidak mungkin bisa kami sebutkan disini. Jika banyak berinteraksi kitab-kitab Ulama niscaya akan menjumpai ribuan ulama lainnya.
- Ad-Dimasyqiy asy-Syafi’i (‘Ulama Syafi’iyyah Damaskus).
- al-Imam al-Muhaddits al-Bukhariy Bermadzhab Syafi’iyyah
Bagaimana dng syaikh muhammad yasin bin muhammad isa alfadani almakky alhasani?