TAHLILAN (KENDURI ARWAH – SELAMATAN KEMATIAN)
MENURUT MADZHAB IMAM SYAFI’I
Disertai Komentar ‘Ulama Lainnya Tentang Membaca al-Qur’an Untuk Orang Mati
Download link E-book ada dibawah
MUQADDIMAH
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Masyarakat muslim Indonesia adalah mayoritas penganut madzhab Imam Syafi’i atau biasa disebut sebagai Syafi’iyah (penganut Madzhab Syafi’i). Namun, sebagain lainnya ada yang tidak bermadzhab Syafi’i. Di Indonesia, Tahlilan banyak dilakukan oleh penganut Syafi’iyah walaupun yang lainnya pun ada juga yang melakukannya. Tentunya tahlilan bukan sekedar kegiatan yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam, bahkan kalau ditelusuri dan dikaji secara lebih mendalam secara satu persatu amalan-amalan yang ada dalam tahlilan maka tidak ada yang bertentangan dengan hukum Islam, sebaliknya semuanya merupakan amalah sunnah yang diamalkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, ulama seperti walisongo dalam menyebarkan Islam sangatlah bijaksana dan lihai sehingga Islam hadir di Indonesia dengan tanpa anarkis dan frontal, salah satu buahnya sekaligus kelihaian dari para ulama walisongo adalah diperkenalkannya kegiatan tahlilan dengan sangat bijaksana.Tahlilan, sebagian kaum Muslimin menyebutnya dengan “majelis tahlil”, “selamatan kematian”, “kenduri arwah” dan lain sebagainya. Apapun itu, pada dasarnya tahlilan adalah sebutan untuk sebuah kegiatan dzikir dan bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Yang mana didalamnya berisi kalimat-kalimat thayyibah, tahmid, takbir, tasybih hingga shalawat, do’a dan permohonan ampunan untuk orang yang meninggal dunia, pembacaan al-Qur’an untuk yang meninggal dunia dan yang lainnya. Semua ini merupakan amaliyah yang tidak ada yang bertentangan dengan syariat Islam bahkan merupakan amaliyah yang memang dianjurkan untuk memperbanyaknya.
Istilah tahlilan sendiri diambil dari mashdar dari fi’il madzi “Hallalla – Yuhallilu – Tahlilan”, yang bermakna membaca kalimat Laa Ilaaha Ilaallah. Dari sini kemudian kegiatan merahmati mayyit ini di namakan tahlilan karena kalimat thayyibah tersebut banyak dibaca didalamnya dan juga penamaan seperti ini sebagaimana penamaan shalat sunnah tasbih, dimana bacaan tasbih dalam shalat tersebut dibaca dengan jumlah yang banyak (300 kali), sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Namun, masing-masing tempat kadang memiliki sebutan tersendiri yang esensinya sebenarnya sama, sehingga ada yang menyebutnya sebagai “Majelis Tahlil”, “Selamatan Kematian”, “Yasinan” (karena dimulai dengan pembacaaan Yasiin), “Kenduri Arwah”, “Tahlil”, dan lain sebagainya.
Tahlilan sudah ada sejak dahulu, di Indonesia pun atau Nusantara pun tahlilan sudah ada jauh sebelum munculnya aliran yang kontra, yang mana tahlilan di Indonesia di prakarsai oleh para ulama seperti walisongo dan para da’i penyebar Islam lainnya. Tahlilan sebagai warisan walisongo terus di laksanakan oleh masyarakat muslim hingga masa kini bersamaan dengan sikap kontra segelintir kaum muslimin yang memang muncul di era-era dibelakangan. Dalam bahasan ini setidaknya ada beberapa hal pokok dalam tahlilan yang harus dipaparkan sebab kadang sering dipermasalah. Untuk mempermudah memahami masalah ini yakni amaliyah-amaliyah masyru’ yang terdapat dalam tahlilan (kenduri arwah) maka bisa di rincikan sebagai berikut :
I. DO’A UNTUK ORANG MATI
II. SHADAQAH UNTUK ORANG MATI
III. QIRA’ATUL QUR’AN UNTUK ORANG MATI
PERMASALAHAN QAUL MASYHUR
HILANGNYA PERSELISIHAN DAN PENERAPAN DALAM TAHLILAN
IV. JAMUAN MAKAN PADA PERKUMPULAN KEGIATAN TAHLIL
PENJELASAN TERKAIT HADITS KELUARGA JA’FAR
PENJELASAN TERKAIT HADITS JARIR BIN ABDULLAH
Haramnya Niyahah dan Pengertian Niyahah
V. SEJAK DAHULU KALA DAN TERJADI DI MAKKAH JUGA MADINAH
VI. PENGHARAMAN TAHLILAN DILUAR AKAL SEHAT
Niyahah Versus Tahlilan
Bolehnya Menangisi Mayyit
Ma’tam Versus Tahlilan (Kenduri Arwah)
VII. PENTING : TIDAK SETIAP BID’AH DIHUKUMI HARAM (BID’AH BUKAN HUKUM)
LANJUT MASALAH BID’AH
Pendefinisian Bid’ah
VIII. PENTING : ALIRAN WAHABI SEBAGAI BID’AH MUHARRAMAH
IIX. BEBERAPA KOMENTAR ULAMA
al-Mughni lil-Imam Ibnu Qudamah al-Hanbali
Al-Furu’ wa Tashhih al-Furu’, Imam Ibnu Muflah al-Maqdisi
Al-Inshaf fiy Ma’rifatir Rajih minal Khilaf, Imam ‘Alauddin al-Mardawi
Al-‘Uddah syarh al-‘Umdah, Imam Abdurrahman bin Ibrahim al-Maqdisi al-Hanbali
Zadul Mustaqni’ fi Ikhtishar al-Muqna’, Imam Syarifuddin Musa al-Hajawi
Ar-Raudl al-Marbi’ syarh Zaad al-Mustaqni’, Imam al-Bahuti al-Hanbali
Al-Bahr ar-Raiq syarh Kanz ad-Daqaid, Imam Ibnu Najim al-Mishri al-Hanafi
Muraqi al-Falah syarh Matn Nur al-Idlah, Imam Hasan bin ‘Ammar al-Mishri al-Hanafi
Al-Fiqhu ‘alaa Madzahibil Arba’ah, Syaikh Abdurrahman al-Jaziri
Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jami’ at-Turmidzi, Syaikh Abul ‘Alaa al-Mubarakfuri
Mirqatul Mafaatiih syarh Misykah al-Mashaabih, al-Mulla ‘Ali al-Qarii
Madzhab Zaidiyyah (Madzhab Yang Lebih Dekat Ke 4 Madzhab)
– Naylul Awthaar, Imam Muhammad bin ‘Ali asy-Syawkani
– Subulus Salaam, al-Amir ‘Izzuddin Ash-Shan’ani
IX. FATWA IBNU TAIMIYAH DAN IBNUL QAYYIM AL-JAUZIYYAH
QS. an-Najm Ayat 39 dan Hadits Terputusnya Amal
Hukum Keluarga al-Marhum membaca al-Qur’an Untuk Mayyit
Ibnu Taimiyah Pernah Ditanya Hal Yang Sama (al-Qiraa’ah lil-Mayyit)
Bertahlil 70.000 Kali Dan Menghadiahkan Kepada Mayyit
Pasal Khusus Tentang Membaca al-Qur’an Untuk Mayyit
Ibnu Taimiyyah Hanya Bicara Soal Keutamaan (Afdlaliyah)
Penuturan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (Murid Ibnu Taimiyah)
X. KOMENTAR ALIRAN WAHHABIYAH
Polemik Seputar Ahkam at-Tamanni al-Mawt
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz
Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Lathif Alu asy-Syaikh
Komisi Fatwa Kerajaan Bani Saud (al-Lajnah ad-Daimah)
XI. PENUTUP
Semoga dengan semua ini bisa memberikan informasi berimbang mengenai komentar para ulama Ahl Sunnah wal Jama’ah demikian juga komentar dari yang tidak menyetujui. Wallahu A’lam []
Al-Faqir ats-Tsauriy (Bangkalan) || http://ashhabur-royi.blogspot.com
Download Ebook versi PDF:
TahlilanMadzhabSyafii_PDF.zip (727,2 KiB, 5.548 hits)
Download Ebook versi CHM :
TahlilanMadzhabSyafii_CHM.rar (240,2 KiB, 811 hits)
Kepada mas anonim, mas prapto, mas masnun, mas paijo, mas aki dan pengurus situs bamah dan temen2 lain yang pro dan kontra, kami haturkan terimakasih banyak atas ilmu yang telah panjenengan tularkan kepada saya, mudah2an bisa mudawamah, dan mungkin setelah ini saya akan sangat jarang posting di sini, karena adanya tuntutan di kehidupan nyata. Wa akhiru da’wahun… Robbi fanfa’na bibarkatihim wahdinal khusna bikhurmatihim… wa billahi attaufiq walhidayah wassalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Bidah Menurut Nabi dan Sahabat
Penulis: Imam Tuhfatus Sulfa*
Para ulama membuat definisi tentang bidah dari aspek etimologinya. Imam Muhammad Abu Bakar Abdus menuturkan, bidah adalah mengadakan sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. Menurut Abu Husain Ahmad bin Faris (w. 393 H ), adalah memulai dan membuat suatu perkara tanpa ada contoh.
Dan menurut Abu Abd Rahman al-Khlmil bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 H ) “bidah adalahmengadakan suatu perkara yang sebelumnya tidak di buat, tidak disebut dantidak dikenal”
Begitulah para ulama mendefinisikan bidah secara bahasa. Dari definisi-definisi itu kita dapat menarik kesimpulan bahwa bidah secara umum dalam arti bahasa adalah suatu yang tak pernah ada sebelumnya.
Istilah bidah dengan artian seperti ini juga digunakan dalam al-Qur’an sebagaimana firmannya: “ Allah Pencipta langit dan bumi ” (QS Al-Baqarah [02]:117)
Maksud ayat ini adalah Allah menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, Allahlah yang menjadikan langit dan bumi pertama kali.
Dalam ayat lain juga disebutkan: “ Katakanlah: “Aku bukanlah rasul pertama diantara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak pula terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yangmenjelaskan ” (QS Al-Ahqaaf [46]: 09)
Nabi Muhammad memang bukan nabi yang pertama, sebelum beliau banyak nabi-nabi yang juga di utus oleh Allah. Dengan artian beliau bukanlah manusia pertama yang menjadi utusan Allah.
Apabila ditilik dari sisi terminologi agama, maka banyak sekali ulama yang mendefinisikannya. Salah satunya adalah al-Imam Izzuddin bin Abd Salam dalam kitabnyya, Qawa’id al-Ahkam wa maslaha wa al-Anam, Juz 2 hlm, 131-134 mendefinisikan bidah sebagai berikut:
????????????? ?????? ??????? ???????? ?????????? ???????? ????? ?????? ????? ?????????????????
“ Bidah adalah amaliah ( keagamaan ) yangtak dikenal pada zaman Nabi saw ”
Dari definisi bidah ini bias disimpulkan bahwa tak ada kata bidah dalam urusan duniawi sebagaimana Hadis Nabi riwayat Imam Muslim dari Imam Malik bahwa:
???????? ???????? ???????? ???????????
“ Kalian lebih lebih tahu tentang urusan duni kalian ”
Hadis ini secara eksplisit memberikan klarifikasi pada kita bahwa pekerjaan yang berkaitan dengan dunia menjadi hak setiap individu. Setiap orang mempunyai kebebasan dalam melakukan suatu yang ia inginkan selagi tidak terjadi dikotomi dengan hukum syariat.
Semua Bidah Sesat ?
Semua bidah sesat. Itu pandangan kelompok Wahabi. Bagi kalangan awam, maka sudah barang tentu statemen ini gampang untuk diterima karena memang mereka masih belum bisa membedakan antara dalil-dalil agama yang benar dan yang salah.
????? ???????????? ????????????? ?????????????????? ???????????????? ???????????? ????????????? ???????? ??????? ???????? ?????????
“ Berhati-hatilah kalian, jangan sampai membuat hal-hal baru . Karena perkara yang paling jelek adalah membuat bidah, dan setiap perbuatan baru itu adalah bidah dan semua bidah itu sesat ” (HR. Ibn Najah)
Hadis inilah yang sering dibuat senjata ampuh oleh golongan Wahabi dalam membidahkan semua amalan yang tak ada di zaman Nabi dan menganggapnya sesat.
Secara lahir Hadis di atas menggunakan kata “??” yang berarti “semua” dalam membidahkan suatu yang baru. Tapi yang dikehendaki dari lafal “??” ini bukanlah arti aslinya, bahkan yang dikehendaki adalah makna “sebagian”. Sebab tidak semua kata”??” itu menunjukkan arti “semua” seperti firman Allah dalam al-Qur’an:
??????????? ???? ???????? ????? ?????? ???????????? ???? ????????
“Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS Al-Anbiyaa’ [21]:30)
Dalam ayat ini Allah menggunakan kata “??”, yang berarti umum pada segala sesuatu apapun, tapi dalam ayat yang lain Allah juga berfirman: “Dan dia menciptakan jin dari nyala api” (QS Ar-Rahman [55]:15)
Dengan demikian sangat jelas, bahwa lafal”??” dalam ayat sebelumnya bukanlah makna asal dari lafal “??” itu sendiri, melainkan bermakna sebagaian.
Jadi yang dimaksud dari lafal “??” dalam Hadis di atas bukanlah makna “semua“. Hal ini telah dijelaskan oleh para ulama terkemuka, diantaranya adalah Imam Nawawi ( W. 676 H ), seorang ulama pakar Hadis dari Syiria, beliau berkata, perkataan Rasul “??? ???? ?????” ini adalah kalimat umum yang di takhsîsi dan yang dimaksud Hadis ini adalah bidah secara umum.
Jadi sangat jelas bahwa asumsi keliru ini dari mereka yang mengartikan bahwa yangdimaksud kata “??” dalam Hadis di atas adalah makna aslinya merupakan kesalahan yang sangat fatal dan bertentangan dengan pendapat para ulamaterkemuka.
Klasifikasi Bidah
Ulama Sunni membagi bidah pada dua bagian. Yaitu, bidah baik dan bidah sesat. Klasifikasi bidah ini tidak bukannya tanpa dasar yang hanya berlandaskan pada pemikiran spekulatif mereka untuk mengantisipasi statemen kaum Wahabi. Tapi justru berlandaskan hadis Nabi dan atsar as-Shahabah .
Istilah bidah hasanah sebenarnya tidak hanya dikenal akhir-akhir ini khususnya setelah munculnya paham yang menyesatkan semua bidah secara umum. Bahkan istilah ini secara implisit telah ada pada masa kepemerintahan Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab. Pada suatu malam di bulan Ramadan ia mendatangi salah satu masjid, ternyata setiba disana, orang-orang melaksanakan salat tarawih dengan sendiri-sendiri dan ada yang berjamaah. Lantas beliau berkata: “Saya berpendapat, apabila orang-orang ini dipersatukan pada satu orang imam, niscaya lebih baik”. Lalu beliau pun menyatukan orang-orang pada satu imam yang bernama Ubai bin Ka’ab. kemudian di suatu malam kami datang lagi ke Masjid itu lalu kami melihat orang-orang salat berjemaah di belakang imam. Melihat hal itu Sayyidina Umar berkata, “I ni adalah bidah yang baik ”
Berdasarkan perkataan Sayyidina Umar di atas, maka dapat kita ketahui bahwa salat tarawih secara berjemaah dalam satu Imam adalah perbuatan bidah yang ada sejak masa Sayyidina Umar yang dicetuskan oleh beliau sendiri. Dan biliau adalah al-salah satu Khulafa ar-Rasyidun yang harus kita ikuti prilakunya sebagaimana sabda Nabi : “Kalian harus berpegang pada sunahku dan sunah al-Khulafa ar-Rasyidun yang mendapat hidayah”
Istilah bidah dhalâlah (sesat) sebenaranya secara implisit telah oleh Nabi dalam sabdanya ketika menjawab pertanyaan Bilal. “ Apa yang harus saya ketahui wahai Rasulullah ? Tanya bilal ketika Nabi mengucapkan “Ketahuilah!”. Kemudian Rasulullah menjawab: “ Barang siapa yang menghidupkan sunahku yang sudah dimatikan orang yang setelah aku tiada ,. Maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya . Tidak akan dikurangi sedikitpun dari pahala mereka itu. Dan barang siapa yang membuat bidah dhâlalah (sesat) yang tidak diridai Allah dan Rasul-Nya maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengamalkannya. Tiada dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka ”. (HR At-Tirmidzi)
Dalam Hadis ini Rasul menjelaskan bidah yang tidak di ridai Allah dan Rasul-Nya masih beiau sifati dengan kata “ dhâlalah ” secara implisit lafal ini mengisyaratkan bahwa tidaklah semua bidah itu sesat. Karena kalau memang semua bidah adalah sesat dengan berlandaskan Hadis riwayat Ibn Majah di atas tentu Nabi tidak akan menyifati lafal bidah dengan kata “ dhâlalah ”. Tapi menyukupkan dengan kata bidah saja.
Jadi, sangatlah jelas bahwa tidak semua sesuatu yang tidak pernah dikerjakan Nabi termasuk bidah sesat. Wallahu a’lam !
*Penulis adalah santri Sidogiri asal Probolinggo, Berdomisili di L-O4
Referensi
Muhammad Abu Bakar Abd Qadir ar-Razi, Mukhtar as-Shihha, hlm, 43
Abu al-Husain Ahmad bin Faris Mu’jamul Maqayis fi Lughat, hlm 119
Abu Abd Rahman al-Khlmil bin Ahmad al-Farahidi al-‘Ain juz 2, hlm 54
Izzuddin bin Abd Salam Qawaidul ahkam fi mashlmih al-Anam juz, 2 hlm,133-134.
Abu zakariya yahya bin syaraf an-Nawawi Sharhu Shahih Muslim juz, 15 hlm 11
@Sidogiri
Tulisan antum “HR. Ibn Najah”, Ibnu Najah itu siapa ya…?!?
Mas Sidogiri yg baik hati, apa benar sholat tarawih itu bid’ah?
Pada zaman Rasulullah, beliau pernah sholat tarawih berjamaah dengan para sahabat sebanyak 3 kali yaitu pd tgl 23, 25, dan 27. Bahkan Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya bila seseorang shalat tarawih berjama’ah bersama imam hingga selesai maka akan dihitung baginya shalat semalam suntuk.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh penulis kitab Sunan dan yang lainnya, Shahih Abu Dawud (1245) serta dalam Irwaul Ghalil (447)). Nabi tdk sholat tarawih berjamaah secara rutin karena khawatir umatnya akan menganggap bahwa sholat tarawih itu sbg kewajiban. Pada masa Abu Bakar, sholat tarawih berjamaah dilaksanakan secara berkelompok-kelompok tidak dengan 1 imam (tdk terkoordinir mjd 1 imam). Penyebabnya adalah masa kekhilafahan beliau yg singkat sktr 2 th dan juga banyaknya tugas yg lebih penting drpd sholat tarawih berjamaah yaitu memerangi orang murtad, tdk membayar zakat, dan munculnya nabi palsu. Pada masa Umar bin Khatab sholat tarawih berjamaah dikoordinir kembali dalam 1 imam seperti yg terjadi pd zaman Nabi.
PENJELASAN SHOLAT TARAWIH BERJAMAAH OLEH IMAM AL-LAKHMI ASY-SYATHIBI AL-MALIKI (MUFTI ANDALUSIA, sktr th 720-790 H) DALAM KITAB AL-I’TISHAM
Adapun perkara yang sunah, maka sama sekali tidak termasuk bagian dari bid’ah. Hal ini dapat dilihat secara gamblang ketika memperhatikan contoh yang telah dipaparkan, yaitu shalat tarawih secara berjamaah pada bulan Ramadhan di dalam masjid. Dalam hal ini Nabi SAW telah melaksanakannya di dalam masjid dan orang-orang mengikuti beliau dengan berdiri di belakang.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Dzar, ia berkata: Kami berpuasa pada bulan Ramadhan bersama Rasulullah SAW, dan beliau sama sekali tidak shalat tarawih secara berjamaah bersama kami hingga tersisa tujuh hari, beliau shalat bersama kami hingga tiba sepertiga malam. Ketika tersisa enam hari, beliau tidak lagi shalat bersama kami, dan ketika kurang lima hari beliau shalat bersama kami hingga lewat tengah malam, maka kami kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah! Seandainya engkau jadikan shalat malam ini bagi kami sebagai suatu yang sunnah?” —Perawi berkata— maka beliau menjawab, “Sesungguhnya jika seseorang shalat bersama imam hingga berlalu, maka masih terhitung shalat malam baginya”.
Perawi bercerita, “Ketika tersisa empat hari, beliau tidak melaksanakannya dan ketika tersisa tiga hari beliau mengumpulkan keluarganya dan istri-istrinya serta orang-orang, lalu beliau shalat bersama kami sehingga kami merasa takut akan terlepas dari Al Falah —Perawi berkata—, ‘Saya bertanya, ‘Apa yang dimaksud Al Falah? Beliau berkata, ‘ Yaitu sujud.’ Kemudian pada hari-hari yang tersisa pada bulan itu beliau tidak melaksanakan shalat bersama kami.” At-Tirmidzi juga meriwayatkan sepertinya dan berkata, “Hadits hasan shahih.”
Namun ketika beliau SAW merasa khawatir akan diwajibkannya shalat tarawih bagi umat, beliau tidak melakukannya, seperti yang diriwayatkan dari Aisyah RA, bahwa suatu malam Rasulullah SAW shalat sunah di masjid, lalu orang-orang shalat seperti shalat beliau. Pada malam berikutnya beliau shalat dan banyak orang yang ikut shalat, lalu orang-orang berkumpul pada malam ketiga atau keempat, namun Nabi SAW tidak keluar untuk mengimami mereka. Ketika pagi hari tiba, beliau berkata: “Aku telah memperhatikan perbuatan kalian dan tidak ada yang mencegahku keluar kecuali aku khawatir —shalat tersebut— akan diwajibkan atas kalian.” Hadits shahih.
Perhatikanlah dalam hadits tersebut yang menerangkan bahwa shalat yang dimaksud hukumnya sunah. Posisi beliau menjadi imam di masjid untuk pertama kalinya merupakan dalil dari dibenarkannya shalat malam di masjid secara berjamaah pada bulan Ramadhan, sedangkan tidak keluarnya beliau pada malam selanjutnya dikarenakan kekhawatiran akan diwajibkannya shalat tersebut dan bukan menandakan larangan untuk mengerjakannya secara mutlak, karena masa beliau adalah masa-masa diturunkannya wahyu dan penentuan syariat, maka mungkin saja diturunkan wahyu atas dirinya jika orang-orang mengerjakannya secara rutin. Ketika hilang sebab-sebab disyariatkannya dengan meninggalnya Rasulullah SAW, maka perkara tersebut kembali kepada hukum asal dan telah ditetapkan pembolehannya tanpa ada yang menghapusnya.
Namun Abu Bakar RA tidak melaksanakannya karena dua perkara:
1. Kemungkinan ia berpendapat bahwa shalat malamnya orang-orang pada akhir malam (seperti yang terbiasa mereka lakukan) lebih utama daripada mengumpulkan mereka di bawah satu imam pada awal malam, hal ini telah disebutkan oleh Ath-Tharthusi.
2. Kemungkinan sebentarnya masa kekhalifahan RA membuatnya belum dapat memperhatikan perkara sunah ini karena kesibukannya menyelesaikan perkara orang-orang yang murtad dan perkara-perkara lainnya yang lebih penting daripada shalat tarawih (munculnya orang-orang yang tidak mau membayar zakat, munculnya Nabi palsu, dll-pen).
Ketika Islam mulai menyebar pada masa Umar bin Khaththab RA, ia melihat orang-orang di dalam masjid melaksanakan shalat berkelompok-kelompok —sebagaimana disebutkan didalam khabar— ia berkata, “Jika saya kumpulkan orang-orang atas satu imam, maka lebih baik.” Tatkala perkara tersebut telah terlaksana, ia memperingatkan bahwa shalat pada akhir malam yang mereka kerjakan lebih utama. Ulama salaf pun setuju dengan kebenaran dan keputusannya tersebut, karena umat tidak bersepakat atas perkara yang sesat. Seperti yang telah ditetapkan oleh ulama-ulama ushul bahwa ijma’ tidak terbentuk kecuali atas dalil syariat.
Apabila dikatakan, “Umar RA telah menamakannya dengan bid’ah yang baik, seperti dalam perkataannya, ‘Bid’ah yang baik seperti ini,’ dan jika telah ditetapkan dalam syariat terdapat bid’ah yang baik, maka penilaian baik terhadap bid’ah pun mutlak adanya.”
Maka jawabannya: Adapun penamaannya dengan bid’ah, ditinjau dari kenyataan yang terjadi; Rasulullah SAW meninggalkannya dan telah disepakati bahwa pada masa Abu Bakar RA shalat tarawih berjamaah tidak dikerjakan, dan yang dimaksud bukanlah bid’ah dari pengertian yang sesungguhnya. Adapun yang menamakannya dengan pengertian ini, maka tidak disangkal lagi bahwa pengertiannya akan demikian, dan jika demikian maka hal tersebul tidak dapat dijadikan dalil tentang bolehnya melaksanakan bid’ah seperti yang dimaksud oleh orang yang berpendapat demikian, karena hal itu dinilai termasuk penyelewengan firman Allah dari tujuan yang sebenarnya.
Aisyah RA berkata, “Jika Rasulullah SAW meninggalkan suatu perbuatan padahal beliau sangat mencintai perbuatan tersebut, maka itu disebabkan kekhawatiran beliau akan diwajibkannya shalat tarawih bagi umat bila orang-orang mengerjakannya terus-menerus.” (Al-I’tisham oleh Imam Asy-Syathibi)
Tulisan Mas Sidogiri “Dalam Hadis ini Rasul menjelaskan bidah yang tidak di ridai Allah dan Rasul-Nya masih beliau sifati dengan kata “ dhâlalah ” secara implisit lafal ini mengisyaratkan bahwa tidaklah semua bidah itu sesat. ….dst”.
Paijo: Semua hadits yg menyebut kata bid’ah diiringi kata dholalah/kesesatan karena memang seperti itulah sifat bid’ah. Tidak ada satu hadits pun yg menyebut kata hasanah yg mengiringi kata bid’ah. Coba kalau Mas Sidogiri bisa, saya dikasih oleh-oleh 1 saja hadits yg menyebut kata bid’ah dengan diiringi kata hasanah? Nggak usah banyak-banyak, cukup 1 aja.
Kalau masih belum puas juga, mari kita lihat bantahan dari Imam Al-Lakhmi Asy-Syathibi Al-Maliki dalam Al-I’tisham:
Namun masih tersisa hal-hal yang perlu dibahas dari sabda beliau, “Barangsiapa berbuat bid’ah yang sesat.” Bahwa pembatasan bid’ah dengan kesesatan memberikan pengertian yang hanya berdasarkan pada maksud dari pengertian kalimat itu, dan hal tersebut sangat dekat dengan penjelasan haditsnya. Sebab, penggandengan kalimat bid’ah dengan kesesatan tidak memberikan pengertian yang hanya berdasarkan pada maksud dari pengertiannya dalam hadits tersebut. Jadi, apabila kita sepakat untuk mengatakan bahwa perkara tersebut dapat dimengerti hanya berdasarkan pada maksud dari pengertiannya, sebagaimana menurut sebagian para ulama ushul, maka dalil pada pembahasan ini menolak kesepakatan tersebut, seperti halnya dalil-dalil yang menyatakan pengharaman atas riba yang sedikit atau yang banyak yang merujuk pada penolakan terhadap pengertian yang hanya berdasarkan pada maksud dari pengertiannya pada firman Allah, “Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda.” (Qs. Ali ‘Imraan (3): 130) Juga karena kesesatan sudah selayaknya menjadi sifat bid’ah secara mutlak, dengan dalil-dalil yang telah disebutkan sebelumnya yang tidak hanya bersandar pada pemahaman maksud dari pengertiannya. (Al-I’tisham oleh imam Asy-Syathibi)
Mas Sidogiri mengartikan kata “kullu bid’atin dholalah” tidak semua/ada pengecualian dengan memberi contoh Surat Al-Anbiyaa’:30 dikecualikan oleh Surat Ar-Rahman:15.
Paijo berkata: Dalam Surat Al-Anbiyaa’:30 tersebut di dalam ayat Al-Qur’an yg lain dan hadits TELAH DISEBUTKAN perinciannya, seperti jin diciptakan dr nyala api, manusia dr tanah, malaikat dr cahaya. Mas Sidogiri menggunakan contoh ayat tersebut (Al-Anbiyaa’:30) padahal ayat tersebut telah ada perinciannya KECUALI INI KECUALI ITU dalam ayat Al-Qur’an yg lain dan juga dalam hadits. Berbeda sekali dengan hadits “Kullu bid’atin dholalah”, apakah ada perinciannya dalam ayat Al-Qur’an atau hadits yg lain yg menyebut kata bid’ah hasanah atau kecuali bid’ah ini kecuali bid’ah itu. Berikut penjelasan Imam Asy-Syathibi:
Imam Al-Lakhmi Asy-Syathibi Al-Maliki (Mufti Andalusia, sktr 720-790 H) berkata: “Dalil-dalil yang berjumlah sangat banyak datang dalam bentuk mutlak dan umum yang tidak terdapat pengecualian, dan di dalamnya tidak ada sesuatu yang menunjukkan bahwa sebagian bid’ah termasuk mendapatkan petunjuk. Juga tidak ada keterangan atau ungkapan yang menunjukkan demikian, “Setiap bid’ah adalah sesat kecuali ini dan ini….” Atau ungkapan-ungkapan lain yang menyerupai itu. Seandainya pada sesuatu yang dibuat-buat (bid’ah) ada yang dianggap memiliki sisi kebaikan atau bisa dimasukkan ke dalam syariat, maka hal itu pasti disebutkan dalam Al Qur’an atau hadits, namun pada kenyataannya tidak demikian. Jika demikian, maka yang dimaksud adalah seluruhnya; hakikat yang jelas dan umum yang tidak meninggalkan satu sisi pun dari bagiannya.” (Al-I’tisham oleh Imam As-Syathibi)
Jadi qiyas/contoh yg anda gunakan memakai QS. Al-Anbiya’ 30 itu berbeda dengan hadits “kullu bid’atin dholalah” karena pada QS. Al-Anbiya’ 30 ada perinciannya dalam ayat lain/dalam hadits, sedangkan kata “kullu bid’atin dholalah” tidak ada satupun ayat Al-Qur’an dan hadits yg memperinci dengan menyebutkan kata bid’ah hasanah atau kecuali bid’ah ini itu.
Orang-orang yang gemar tahlilan kematian, biasanya marah kalau disebut Ahli Bid’ah.
Bagaimana kalau kita sebut AHLI BID’AH HASANAH?
Setuju?
Hahahaha busyet dah wahabi emang jago debat, ngengkel, dan pasti ingin komenya yg terakir. Sekedar info, metode debat wahabi via internet.
1. Selalu pengen komen yg paling terakir.
2. Selalu berkutat pada khilafiyah.
3. Kalau keok cari pertanyaan lain (INI YG PALING GUA SUKA, SEAKAN SURGA CUMA MILIK MEREKA)
4. Menjawab yg bisa dan meninggalkan yg tdk bisa, alias WTD (pasang WAJAH TANPA DOSA)
5. Mencari-cari amalan yang dinilai mereka sesat, akhirnya membid’ahkan, mentakfirkan menjadi makanan keseharian mereka. Tanpa menengok aib mereka.
6. Hahahahahaha
MET HARI RAYA JUGA WAHAI WAHABY SALAFI YANG SUCI DAN PASTI MASUK SURGA HAHAHAHA
ELU NGATAIN GUA N NENEK MOYANG GUA SESAT, MAKANYA NGAPAIN GUE NGORMATIN ELU, EMANG GUE KAFIR MENURUT ELU? GUE MASIH SAHADAT MEN, KALAU SEMUA SESAT BERARTI ORANG INDON HAMPIR SEMUA SESAT KAH? Hahahaha, TEMEN2 ELU MENSESATKAN PARA KIAI, PARA WALI, MALAH IMAM GHOZALI AJA ELU KATAKAN SESAT HAHAHA MAKAN TUH SALAFI, GUA GAK PEDULI APA KATA ELU, EMANG GUA SESAT, KAFIR MENURUT ELU-ELU PADE?
Saya juga ngucapin Selamat hari Raya idul Fitri bagi yang ngaku wahabi dan bagi yang ngaku ahlul bid’ah hasanah wal jama’ah.
MOHON MAAP LAHIR DAN BATIN bila ada salah-salah kate.
Inti nya,,,Tahlilan itu sbuah tradisi Walisongo agar agama islam bs d trima oleh rakyat hindu-budha waktu itu,,jd,sbgai umat muslim,apakah qta mengikuti ajaran Walisongo ATAU kh qta mengikuti ajaran Rosulullah.,tentu qta ingin mengikuti tuntunan Rosulullah sbgai umat nya.Dan tinggal kan lah ajaran/tradisi yg d wariskan Walisongo,
dikampungku,orang yang melaksanakan acara tahlil atau kenduri biasanya beralasan untuk sedekah,kenapa sedekah harus menunggu hari yang katanya ditentukan?..tetapi kenapa kalo untuk sedekah pas hari ‘H’ tidak ada biaya mereka harus berusaha untuk ‘ngutang’ kasana kemari?..dan setelah usai acara bila ada tetangga yang tidak menyumbang ,mereka pasti membicarakannya,atau bialang “si A” kebangetan ga nyumbang,berarti dia dalam bersedekah tidak iklas,karena mengharapkan dibantu…apakah itu baik saudara2 ku..menurut saya malah akan membuat dosa baru bagi yang melaksanakan…bagaimana menurut anda ? kenduri pada jaman walisongo dilaksanakan karena pada masa itu masih banyak ajaran hindu budha…walisongo adalah teladan yang arif,beliau2 bertujuan untuk mengajak para pemeluk hindhu buhda dengan cara yang santun…yaitu dengan tidak menghilankan budaya mereka..maka dilaksanakan acara tersebut…tapi sekarang disekeliling kita sudah tidak ada lagi ajakan2 untuk hindhu budha…kenapa kita harus melakukannya,,sedekah tiap hari bisa,mendoakan yang sudah meninggal tiap hari bisa…
Assalamu’alaikum. Bagi saudara-saudara yang pro TAHLILAN KEMATIAN, dan juga bagi yang anti TAHLILAN KEMATIAN, saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang mulia ini. Marilah kita tingkatkan amal ibadah dan amal shaleh kita, termasuk kita tingkatkan SEDEKAH kita. Jangan lupa pula, MENDOAKAN DAN MEMOHONKAN AMPUN UNTUK ORANG TUA KITA, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, serta mendo’akan seluruh kaum muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia.
Semoga ibadah-ibdah, amal-amal, sedekah-sedekah, dan amal-amal kita lainnya, diterima Allah Subhanahu wata’ala. Semoga do’a-do’a kita dikabulkan Allah Subhanahu wata’ala. Amiin yaa Robbal ‘Alamiin.
Assalamu’alikum Wr. Wb.
Saudaraku semua, ingatkah kita pada perkara ke 3 setelah anak ADAM mati ?
salah satunya anak yang SHOLEH yang selalu menghormati dan mendoakan orang tua, baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal dunia.
saya sependapat dengan mas Prapto…karena saya LAHIR dari AYAH dan IBU bukannya LAHIR DARI BATU.
..selama kita semua masih menjadi MANUSIA, akan selalu mencari kebenaran DIRI dan bukannya kebenaran HAKIKI.
jadi, MARILAH SAUDARAKU SEMUA KITA SALING MENGHORMATI dan MENGHARGAI SESAMA, agar tidak mudah terpecah belah… terutama kaum MUSLIMIN yang Anak cintai…KITA SEMUA ADALAH SAUDARA…. KENAPA HARUS SALING MENCACI dan mencari KEBENARAN DIRI ?bukankan MENCACI itu DOSA?, bukankah lebih baik KITA SESAMA MUSLIM SALING MENGASIHI dan MENYAYANGI ?Salam untuk semuanya. Wassalam.
kebohongan diantara Salafy Wahabi sendiri yang jelas/terang. Untuk jelasnya saya ungkapkan sebagai berikut :
1. Syaikh Ibnu Taymiah sendiri membagi Bid’ah dengan 2 (dua) bagian yaitu Bid’ah Hasanah dan Bi’d Dhalalah.
Hal ini tercantum di Kitab “Muwafaqah Sharih al-Ma’qul Li Shahih al-Manqul” karya Ibnu taymiyah, halaman : 144 – 145, yaitu dengan mengutip definisi Imam Syafi’i, yaitu berbunyi : “Berkata Imam Syafi’i RA. Bid’ah itu dibagi dua, yaitu : bid’ah yang menyelisihi/ingkar kepada Kitab (Qur’an), Sunnah (Hadits), Ijma’ dan atsar sahabat Rasulillah SAW., maka itu adalah bid’ah dhalalah dst.” Saya punya scan kitabnya, tapi mohon maaf tidak bisa saya tampilkan disini karena keterbatasan blog ini untuk menampilkan hasil scan (berekstensi JPG).
2. Ibnu Taimiyah pun memfatwakan adanya Ibadah di malam Nisfu Sya’ban. Jelasnya saya kutipkan disini yaitu :
Berkata Ibnu Taimiyah pada kitab Majmu’ Fatawa jilid 24 juga pada mukasurat seterusnya 132 teksnya:
وأما ليلة النصف – من شعبان – فقد رُوي في فضلها أحاديث وآثار ، ونُقل عن طائفة من السلف أنهم كانوا يصلون فيها، فصلاة الرجل فيها وحده قد تقدمه فيه سلف وله فيه حجة (( فلا ينكر مثل هذا )) ، أما الصلاة جماعة فهذا مبني على قاعدة عامة في الاجتماع على الطاعات والعبادات
Terjemahan kata Ibnu Taimiyah di atas:
” Berkenaan malam Nisfu Sya’ban maka telah diriwayatkan mengenai kemulian dan kelebihan Nisfu Sya’ban dengan hadith-hadith dan athar, dinukilkan dari golongan AL-SALAF (bukan wahhabi) bahawa mereka menunaikan solat khas pada malan Nisfu Sya’ban, solatnya seseorang pada malam itu secara berseorangan sebenarnya telahpun dilakukan oleh ulama Al-Salaf dan dalam perkara tersebut TERDAPAT HUJJAH maka jangan diingkari, manakala solat secara jemaah (pd mlm nisfu sya’ban) adalah dibina atas hujah kaedah am pada berkumpulnya manusia dalam melakukan amalan ketaatan dan ibadat” .
3. Syaikh Bin Baz memperbolehkan berdo’a menghadap kubur, walaupun kaum Salafy Wahabi menolaknya. Ini jelas menolak Imam Hujjahnya sendiri. Berikut kutipannya :
Pertanyaan no.624: ”Apakah dilarang ketika berdoa untuk mayit dengan menghadap ke kuburannya?”
Jawaban: ”Tidak dilarang…! bahkan mendoakan mayit dengan menghadap kiblat atau menghadap kuburnya itu terserah. Karena Nabi Muhammad saw pernah pada suatu hari setelah prosesi pemakaman beliau berdiri diatas kuburnya dan bersabda : “Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian ini, dan mintakanlah ketetapan imannya, karena dia sekarang sedang di tanyai (oleh malaikat).
Dalam kejadian ini Nabi saw tidak mengatakan:
“Menghadaplah kalian ke arah kiblat…..!!
Saya juga punya scannya (file JPG) sayang tidak bisa saya tampilkan disini.
4.Ibnu Taymiah memperbolehkan tawassul kepada Rasulillah. Berikut kutipannya :
Kitab : “Al Kalim Ath Thayyib”(“KATA-KATA YANG BAIK”) ditulis oleh Syaikh Ibnu Taimiyah, penerbit : Dar al Kutub al Ilmiyyah, Beirut Lebanon, T. 1417, h. 123,
Ibn Taimiyah menuliskan riwayat sebagai berikut:
“Dari al Haitsam ibn Hanasy, berkata: “Dahulu, ketika kami duduk di -majelis- sahabat Abdullah ibn Umar ibn al-Khath-thab (semoga ridla Allah selalu tercurah baginya), tiba-tiba kaki beliau terkena “kahdir”; yaitu semacam lumpuh tapi sesaat (tidak permanen), lalu ada seseorang berkata kepadanya: “Sebutkanlah orang yang paling engkau cintai?? Maka sahabat Abdullah ibn Umar berkata: “Yaa Muhammad….”. Kemudian saat itu pula beliau langsung sembuh dari sakitnya tersebut; seakan ia telah terlepas dari ikatan”.
Dengan periwayatan hadits itu Ibnu Taimiyah mengakui kebolehan bertawassul, yang terus ditolak oleh kelompok Salafy Wahabi. Sayang teksnya bentuk JPG juga tidak dapat saya munculkan.
5. Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab pendiri Wahabi mengakui sampainya bacaan Qur’an kepada Mayyit walaupun kelompok Salafy Wahabi mengingkarinya (Aneh…!!!). Berikut kutipannnya Kitab Ahkam Tamannil Maut karya Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab :
[ محمد بن عبدالوهاب ]
ذكر محمد بن عبد الوهاب في كتابه أحكام تمني الموت [ ص75 ] مايفيد وصول ثواب الأعمال من الأحياء إلى الأموات ومن ضمنها قراءة القران للأموات حيث ذكر:
وأخرج سعد الزنجاني عن أبي هريرة مرفوعا من دخل المقابر ثم قرأ فاتحة الكتاب وقل
Tanya nih !
1. Atas dasar apa anda mengatakan seorang muslim dinamakan Wahabi?
2. Apakah Ibnu Taimiyah itu Wahabi? Jelaskan alasan anda!
3. Apakah Syeikh Bin Baz itu Wahabi? Jelaskan alasan anda!
Kita kembali ke TOPIK :
1. Siapakah ulama dari kalangan Syafi’iyah yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
2. Siapakah ulama dari kalangan Syafi’iyah yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
3. Siapakah ulama dari kalangan Syafi’iyah yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
4. Siapakah ulama dari kalangan Syafi’iyah yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
Syaikh Wahabi Mengakui Nama Wahabi
Ketika para Juhala’ Wahabi tertipu dan terus menipu dengan sekte bahwa mereka bukan Wahabi, ternyata telah ada Syaikh Wahabi yang mengakuinya. Berikut ini akan kami sampaikan pengakuan tersebut, agar tidak adalagi Talbis konyol ini.
1.Syaikh Ahmad ibn ‘Hajar al-Butami dalam Biografi Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab yang juga ditashhihkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz, mengakui Wahhabi adalah ajaran Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
– Di halaman 59 disebutkan :
فقامت الثورات على يد دعاة الوهابيين
[maka tegaklah revolusi di atas tangan para da’i Wahhabi…….]
– Di halaman 60 disebutkan :
على أساس من الدعوة الدينية الوهابية في مكة
[atas dasar dari dakwah agama wahhabi di Mekkah………]
– Di halaman 60 juga disebutkan :
فلما التقى بالوهابيين
[manakala berjumpa dengan para Wahhabi………..]
– Di halaman 60 juga disebutkan :
استطاع هؤلاء المسلمون الوهابيون
[sangguplah mereka orang Islam Wahhabi…………]
– Di halaman 60 juga disebutkan :
من المبادئ الوهابية
[dari dasar-dasar Wahhabi…………]
– Di halaman 60 juga disebutkan :
ولكن الدعوة الوهابية
[tetapi dakwah Wahhabi…………]
– Di halaman 60 juga disebutkan :
يدينون بالإسلام على المذهب الوهابي
[mereka beragama dengan Islam atas Mazhab Wahhabi……]
Cukup tujuh saja kita ambil dari kitab Syaikh Wahabi tersebut, dan kita cari dalam kitab Syaikh Wahabi lain. Yaitu dalam kitab Syaikh Dr.Muhammad Khalil Al-Harras yang berjudul: ”Al-Harakatul Wahhabiyah”dari nama kitabnya saja sudah jujur yaitu“Gerakan Wahhabi”. Mari kita buka kitabnya….
– Di halaman 11 disebutkan :
اسس الحركة الوهابية
[Dasar-dasar gerakan Wahhabi……………….]
– Di halaman 14 disebutkan :
الحركة الوهابية تدعو الي توكيد التوحيد
[gerakan Wahhabi menyeru kepada menguatkan Tauhid……….]
– Di halaman 17 disebutkan :
الحركة الوهابية تدعو الي سبيل ربها
[gerakan Wahhabi menyeru kepada jalan Tuhan nya………]
– Di halaman 21 disebutkan :
فلماذا تنسب الوهابية وحدها الى المبالغة
[kenapa Wahhabi saja yang dinisbahkan kepada berlebihan……..]
– Di halaman 22 disebutkan :
لايقع على الوهابية
[tidak terjadi atas Wahhabi………………..]
– Di halaman 30 disebutkan :
ان الوهابية لم تقم للاجتهاد فى الفروع
[sesungguhnya Wahhabi tidak tegak untuk ijtihad dalam masalah furu’………..]
– Di halaman 43 disebutkan :
للدعوة الوهابية
[bagi dakwah Wahhabi]
Cukup tujuh juga dari kitab tersebut, mari kita cari lagi dari kitab Syaikh Wahabi yang lain. Ternyata sangat banyak kitab-kitab Syaikh Wahabi yang mengakui penamaan Wahhabiuntuk dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab An-Najdi, diantaranya:
– Syaikh Muhammad Hamid Al-Fiqi dalam kitab Atsarud da’watil wahhabiyah.
– Syaikh Umar Abu Nashri dalam kitab Ibnu Sa’ud.
– Syaikh Muhammad Kurdi Ali dalam kitab Al-Qadim wal-Hadits.
– Syaikh Muhammad Jamil Baiham dalam kitab al-Halqah al-Mafqudah fi Tarikh Arab.
– Syaikh Abdul Karim Al-Khathibi dalam kitab Muhammad ibn Abdil Wahhab.
– dan masih banyak lagi.
Para pembesar Wahabi telah mengakui penamaan Wahabi tersebut terhadap ajaran yang di bawakan oleh Syaikh Mohd bin Abdil Wahhab.Meski sebagian ada yang mengatakan itu sebutan musuh Syaikh terhadap dakwah Syaikh, sebagian lagi ada yang beralasan itu nisbah yang mukhalafah qiyas atau syaz. Biar pun tidak menerima sepenuhnya, tapi para Juhala’ Wahabi justru konyol dengan tidak mengakui sama sekali. Karena biar pun itu nisbah yang mukhalafah qiyas atau penamaan dari musuh, tetap itu nama resmi/tidak resmi untuk dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Najdiyang mereka agungkan itu.
Lalu kenapa marah jika mereka disebut WAHABI?Dengan mengetahui fakta-fakta yang tak terbantahkan itu tentunya mereka malu sehingga menjadi minder dalam pergaulan sesama muslim sedunia, sehingga mereka berusaha dengan berbagai cara untuk gonta-gantinama dan buat menyebut diri mereka sendiri. Dari sebutan MUWAHID sehingga yang terakhir mereka menyebut dirinya SALAFY.
Kita kembali ke TOPIK :
1. Siapakah ulama dari kalangan SYAFI’IYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
2. Siapakah ulama dari kalangan MALIKIYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
3. Siapakah ulama dari kalangan HANBALIYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
4. Siapakah ulama dari kalangan HANAFIYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
Anak tk: “pak apakah imam syafi,i pernah melarang tahlilan?????” Guru: “pernah!!!!” Anak tk: “gimana bunyinya????” Guru:”al ma,tamu makruhun” Anak tk: “artinya?????” Guru: “berkumpul dirumah mayit karena menambah kesusahan adalah makruh” Anak tk: “aha itu mah bukan tahlilan paaaaakkkk,” Guru: “????????”
Anak tk: “kalo imam syafi,i berkata attahlilalanu haroomun, saya baru percayaaa,,,, bapak mah ngajar arab aja mbulet”
Guru: “????????”
1. saya
2. saya
3. saya
4. saya
MAA HIYA AL BID’AH ?
Muqoddimah
Bismillah, ….
Kata BID’AHadalah salah satu label yang dipakai oleh sekelompok ummat Islam untuk menyudutkan dan memojokkan Ummat Islam yang lain, khususnya Kaum Sarungan di Indonesia, sehingga tidak terhindarkan terjadi perpecahan akibat dari kesalahan dalam memahami kata tersebut.
Mengingat sumber dari kata BID’AHadalah Hadits yang mulia baginda Rosululloh SAW, yang notabene berbahasa arab, maka perlu kiranya bagi kita orang ‘ajam mempelajari beberapa fan ilmu yang diantaranya adalah ilmu gramatika arab, berikut yang berkaitan dengannya semisal balaghoh, mantiq, dan yang lain dalam memahami bahasa tersebut. Selanjutnya tidak kalah pentingnya fan-fan ilmu yang lain semisal Ushul Fiqih, agar kita dapat memahami dalil-dalil agama dengan proporsional. Sehingga jika ada orang lain menyampaikan masalah, kita tidak hanya bisa bertanya MANA DALILNYA?tapi lebih dari itu kita juga dapat menanyakan Tepatkah pemahaman anda atas dalil tsb?
Adalah tidak bijak, bahkan sangat ironi jika kita menghukumi sebuah masalah bersandar pada al qur’an atau hadits dengan mengikuti terjemahan orang lain, bagaimana mungkin kita akan menjadi HAKIM alias menghukumi sebuah masalah, jika terjemah dari al qur’an ataupun hadits saja kita masih taqlid pada orang lain? Darimana kita bisa menyalahkan penjelasan orang lain tentang penjelasan sebuah dalil, jika kita sendiri tidak memiliki sarana untuk mengoreksinya? Bahkan hanya dari arti bahasanya saja? Namun inilah faktanya… banyak disekitar kita orang mengaku paling sunnah, paling sesuai dengan al qur’an, sementara ilmu bahasa arab saja nihil… Makanya bijak rasanya jika ada ungkapan ”Jangan sekali-sekali merasa memahami al qur’an atau hadits jika bahasa arab saja anda tidak faham”.
Kajian Hadits-hadits tentang Bid’ah
Selanjutnya kita mulai kajiannya dengan mengangkat beberapa hadits berikut gramatika arab seperlunya agar kita dapati terjemahan berikut pemahaman yang sesuai. Kita mulai dengan Hadits dari Ummul Mukminin ‘Aisyah RA, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori :
حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَوْنٍ الْهِلَالِيُّ جَمِيعًا عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ قَالَ ابْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Berikut tarkib yang kita dapati dari setiap kata pada hadits diatas :
(مَنْ) ادة شرط مبني على السكون في محل رفع لأنه مبتدأ (أَحْدَثَ) فعل ماض مبني على الفتح و فاعله ضمير مستتير جوازا في محل جزم لأنه فعل شرط, (فِي) حرف جر مبني على السكون متعلق بأحدث, (اَمْرِنَا)امر مجرور بفي وعلامة جره كسرة ظاهرة في اخره لأنه اسم المفرد و امر مضاف و نا مضاف اليه في محل جر مبني على السكون لانه اسم ضمير, (هَذَا) اسم اشارة مبني على السكون في محل جر لأنه يقع صفة او تأكيدا لامر ويذكر للتعظيم, (مَا) من جملة الاحرف الموصولة مبني على السكون في محل نصب لأنه مفعول من أحدث, (لَيْسَ) فعل مض ناقص من اخوات كان التي ترفع الإسم و تنصب الخبر واسمها ضمير مستتير جوازا تقديره هو (مِنْهُ) جار و مجرور في محل نصب لأنه خبر ليس (فَهُوَ) الفأ الجواب الشرط و هو ضمير منفصل في محل رفع لأنه مبتدأ (رَدٌّ) اسم فاعل و قيل اطلق للمفعول مرفوع لأنه خبر المبتدإ و علامة رفعه ضمة ظاهرة في أخره لأنه اسم المفرد, و جملة المبتدإ و خبره في محل جزم يقع جوابا للشرط قبله
Dari tarkib diatas kita dapati terjemah haditsnya sebagai berikut : ” Barang siapa membuat hal yang baru (yang sebelumnya tidak ada contohnya) dalam agama kami ini dengan perkara yang tidak ada (bersumber) darinya, maka perbuatan tersebut tertolak ”
Dari terjemah hadits diatas kita dapati pengertian tentang tiga hal :
– Sesuatu yang baru tersebut belum terdapat contoh sebelumnya (ditinjau dari penggunaan kata “AHDATSA”)
– Sesuatu yang baru tersebut berupa urusan agama
– Sesuatu yang baru tersebut tidak terdapat sumber hukumnya sama sekali dari dalil syara’ baik yang ‘Am maupun yang makhsush.
Dari pengertian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tidak setiap yang baru itu t
Dari pengertian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tidak setiap yang baru itu tertolak, karena dalam hadits diatas kita dapati qoyyid yang berupa sifat dalam susunan “LAISA MINHU”, dimana kata tersebut membatasi keumuman perkara baru yang terkandung dalam hadits diatas, dan model takhsish semacam ini disebut dalam kaidah usul fiqih sebagai takhsis muttashil.
Sekarang kita belanjut pada hadits-hadits yang lain :
حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ عَنْ ثَوْرٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ عَنْ عِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَجْرَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ لَهَا الْأَعْيُنُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ قُلْنَا أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ رواه احمد و ابو داود و النسائى
Pada Qodhiyah hadits yang berhuruf tebal kita dapatai terjemahnya : ” Maka sesungguhnya setiap yang baru adalah bid’ah dan sesungguhnya setiap bid’ah adalah sesat “. Dalam qodhiyah matan hadits yang berhuruf tebal diatas kita bagi menjadi dua :
– Pada qodhiyah فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌtidak kami temukan pen-takhsish keumuman madlulnya sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa setiap مُحْدَثَةٍ(perkara baru) adalah بِدْعَةٌ
– Pada qodhiyah وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌtidak kita jumpai pula pen-takhsisan madlulnya yang muttashil, namun keumuman makna (madlul) yang terdapat pada qodhiyah tersebut dapat kita jumpai dalam hadits-hadis yang lain, sehingga pen-takhshishan-nya bersifat munfashil. Dan berikut diantara dalil-dalil yang mentakhsih keumuman dari hadits diatas, diantaranya adalah HR Imam Muslim dari Jarir bin Abdillah RA,:
عن جرير بن عبد الله البجلي قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فله أجرها و اجر من عمل بها بعده من غير ان يَنْقُص مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كان عليه وزرها و وزر من عمل بها من بعده من غير ان يَنْقُص مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ ( رواه مسلم )
“Barangsiapa yang memulai perbuatan baik dalam Islam, maka ia akan memperoleh pahalanya serta pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barangsiapa yang memulai perbuatan jelek dalam Islam, maka ia akan memperoleh dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka.” (HR. Muslim [1017]).
Juga hadits-hadits tentang :
Bid’ah (perkara baru) ketika Rosululloh SAW, masih hidup
Tentang do’a dalam I’tidal oleh seorang lelaki
عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيِّ قَالَ كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ قَالَ أَنَا قَالَ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلَاثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ ( رواه البخاري )
Tentang Sholat dua roka’at setelah wudhu oleh sahabat Bilal RA, :
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ أَبِي حَيَّانَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ دَفَّ نَعْلَيْكَ ي
Tentang cara menambah rok’at bagi makmum masbuq oleh sahabat Mu’adz bin Jabal RA, :
عن عبد الرحمن بن ابي ليلى قال : ( كان الناس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم اذا جاءه الرجل وقد فاته شيئ من الصلاة اشار اليه الناس فصلى ما فاته ثم دخل في الصلاة ثم جاء يوما معاذ بن جبل فاشاروا اليه فدخل و لم ينتظر ما قالوا , فلما صلى النبي صلى الله عليه وسلم ذكروا له ذلك فقال لهم النبي صلى الله عليه وسلم : ” سن لكم معاذ ” و في رواية سيدنا معاذ بن جبل : ( انه قد سن لكم معاذ فهكذا فاصنعوا ). رواه ابو داود و احمد و ابن ابي شيبة, و غيرهم, و قد صححه الحافظ ابن دقيق العيد و الحافظ ابن حزم
Bid’ah (perkara baru) oleh para sahabat setelah wafatnya Rosululloh SAW,
Tentang menghimpun jama’ah tarowih 20 rokaat dengan satu imam oleh Amirul Mukminin Umar bin Khotthob RA, :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي يَقُومُونَ يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ (رواه البخاري)
Tentang penambahan adzan Jum’ah hingga tiga kali oleh Amirul Mukminin Utsman bin Affan RA, :
و عن السائب بن يزيد رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : كان النداء يوم الجمعة اوله اذا جلس الإمام على المنبر في عهد النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و ابي بكر و عمر رضي الله عنهما فلما كان عثمان رضي الله عنه و كثر الناس زاد النداء الثالث على الزَّوْراء وهي دار في سوق المدينة ( رواه البخاري )
Dan juga tentang penghimpunan al qur’an oleh Kholifa Abu Bakar as Shiddiq dan penulisnya Sahabat Zaid bin Tsabit Rodhiyallohu ‘Anhuma, tentang hukuman cambuk bagi peminum khomer yang dilipat gandakan oleh AM Umar bin Khotthob RA, dan masih banyak yang lain yang karena keterbatasan forum, tidak patut kiranya kami sampaikan semua redaksi haditsnya, namun kami Insya Alloh akan bertanggung jawab menyampaikannya jika diperlukan.
Dari paparan diatas kita dapati adanya dalil-dali yang membatasi (men-takhsis) keumuman dari hadits sebelumnya yakni “Dan sesungguhnya setiap Bid’ah adalah sesat”, karena jika kita paksakan hadits tersebut sebagaimana redaksi matannya dengan tanpa membandingkan dengan hadits-hadits yang lain maka akan sesatlah setiap yang baru yang belum ada contoh atau perintah sebelumnya, termasuk apa yang dilakukan oleh para sahabat baik di masa Rosululloh SAW, masih hidup maupun sudah wafat. Bukankah Rosululloh SAW, memuji sholat dua roka’at yang dilakukan oleh sahabat Bilal bin Robah RA, padahal Beliau SAW, belum memerintahkannya maupun mencontohkannya, juga terhadap apa yang dilakukan oleh Mu’adz bin Jabal RA, dan seorang lelaki yang berjama’ah sebagaimana hadits dari Rifa’ah bin Rofi’.
Pendapat para Ulama tentang Bid’ah
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim pada Kitab Jum’ah
قوله صلى الله عليه و سلم وكل بدعة ضلالة هذا عام مخصوص والمراد غالب البدع قال أهل اللغة هي كل شيء عمل على غير مثال سابق قال العلماء البدعة خمسة أقسام واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحة
“ Adapun Sabda Rosululloh SAW, “ Dan setiap bid’ah adalah sesat “ hadits ini adalah (dalil) ‘Am Makhshush (dalil umum yang dibatasi/dikhususkan), dan yang dikehendaki adala kebanyakan/umumnya bid’ah (bukan semua bid’ah). Berkata ahli lughot : Ia (yakni bid’ah) adalah segala sesuatu yang dikerjakan tanpa ada contoh yang mendahului. Berkata para Ulama : “ Bid’ah itu lima bagian: wajib, mandzubah (sunnah), haram, makruh dan mubah.”
Selanjutnya beliau berkata :
وقد أوضحت المسألة بأدلتها المبسوطة في تهذيب الأسماء واللغات فإذا عرف ما ذكرته علم أن الحديث من العام المخصوص وكذا ما أشبهه من الأحاديث الواردة ويؤيد ما قلناه قول عمر بن الخطاب رضي الله عنه في التراويح نعمت البدعة ولا يمنع من كون الحديث عاما مخصوصا
Tentang cara menambah rok’at bagi makmum masbuq oleh sahabat Mu’adz bin Jabal RA, :
عن عبد الرحمن بن ابي ليلى قال : ( كان الناس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم اذا جاءه الرجل وقد فاته شيئ من الصلاة اشار اليه الناس فصلى ما فاته ثم دخل في الصلاة ثم جاء يوما معاذ بن جبل فاشاروا اليه فدخل و لم ينتظر ما قالوا , فلما صلى النبي صلى الله عليه وسلم ذكروا له ذلك فقال لهم النبي صلى الله عليه وسلم : ” سن لكم معاذ ” و في رواية سيدنا معاذ بن جبل : ( انه قد سن لكم معاذ فهكذا فاصنعوا ). رواه ابو داود و احمد و ابن ابي شيبة, و غيرهم, و قد صححه الحافظ ابن دقيق العيد و الحافظ ابن حزم
Bid’ah (perkara baru) oleh para sahabat setelah wafatnya Rosululloh SAW,
Tentang menghimpun jama’ah tarowih 20 rokaat dengan satu imam oleh Amirul Mukminin Umar bin Khotthob RA, :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي يَقُومُونَ يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ (رواه البخاري)
Tentang penambahan adzan Jum’ah hingga tiga kali oleh Amirul Mukminin Utsman bin Affan RA, :
و عن السائب بن يزيد رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : كان النداء يوم الجمعة اوله اذا جلس الإمام على المنبر في عهد النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و ابي بكر و عمر رضي الله عنهما فلما كان عثمان رضي الله عنه و كثر الناس زاد النداء الثالث على الزَّوْراء وهي دار في سوق المدينة ( رواه البخاري )
Dan juga tentang penghimpunan al qur’an oleh Kholifa Abu Bakar as Shiddiq dan penulisnya Sahabat Zaid bin Tsabit Rodhiyallohu ‘Anhuma, tentang hukuman cambuk bagi peminum khomer yang dilipat gandakan oleh AM Umar bin Khotthob RA, dan masih banyak yang lain yang karena keterbatasan forum, tidak patut kiranya kami sampaikan semua redaksi haditsnya, namun kami Insya Alloh akan bertanggung jawab menyampaikannya jika diperlukan.
Dari paparan diatas kita dapati adanya dalil-dali yang membatasi (men-takhsis) keumuman dari hadits sebelumnya yakni “Dan sesungguhnya setiap Bid’ah adalah sesat”, karena jika kita paksakan hadits tersebut sebagaimana redaksi matannya dengan tanpa membandingkan dengan hadits-hadits yang lain maka akan sesatlah setiap yang baru yang belum ada contoh atau perintah sebelumnya, termasuk apa yang dilakukan oleh para sahabat baik di masa Rosululloh SAW, masih hidup maupun sudah wafat. Bukankah Rosululloh SAW, memuji sholat dua roka’at yang dilakukan oleh sahabat Bilal bin Robah RA, padahal Beliau SAW, belum memerintahkannya maupun mencontohkannya, juga terhadap apa yang dilakukan oleh Mu’adz bin Jabal RA, dan seorang lelaki yang berjama’ah sebagaimana hadits dari Rifa’ah bin Rofi’.
Pendapat para Ulama tentang Bid’ah
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim pada Kitab Jum’ah
قوله صلى الله عليه و سلم وكل بدعة ضلالة هذا عام مخصوص والمراد غالب البدع قال أهل اللغة هي كل شيء عمل على غير مثال سابق قال العلماء البدعة خمسة أقسام واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحة
“ Adapun Sabda Rosululloh SAW, “ Dan setiap bid’ah adalah sesat “ hadits ini adalah (dalil) ‘Am Makhshush (dalil umum yang dibatasi/dikhususkan), dan yang dikehendaki adala kebanyakan/umumnya bid’ah (bukan semua bid’ah). Berkata ahli lughot : Ia (yakni bid’ah) adalah segala sesuatu yang dikerjakan tanpa ada contoh yang mendahului. Berkata para Ulama : “ Bid’ah itu lima bagian: wajib, mandzubah (sunnah), haram, makruh dan mubah.”
Selanjutnya beliau berkata :
وقد أوضحت المسألة بأدلتها المبسوطة في تهذيب الأسماء واللغات فإذا عرف ما ذكرته علم أن الحديث من العام المخصوص وكذا ما أشبهه من الأحاديث الواردة ويؤيد ما قلناه قول عمر بن الخطاب رضي الله عنه في التراويح نعمت البدعة ولا يمنع من كون الحديث عاما مخصوصا
Dari pengertian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tidak setiap yang baru itu tertolak, karena dalam hadits diatas kita dapati qoyyid yang berupa sifat dalam susunan “LAISA MINHU”, dimana kata tersebut membatasi keumuman perkara baru yang terkandung dalam hadits diatas, dan model takhsish semacam ini disebut dalam kaidah usul fiqih sebagai takhsis muttashil.
Sekarang kita belanjut pada hadits-hadits yang lain :
حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ عَنْ ثَوْرٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلَمِيِّ عَنْ عِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَجْرَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ لَهَا الْأَعْيُنُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ قُلْنَا أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ رواه احمد و ابو داود و النسائى
Pada Qodhiyah hadits yang berhuruf tebal kita dapatai terjemahnya : ” Maka sesungguhnya setiap yang baru adalah bid’ah dan sesungguhnya setiap bid’ah adalah sesat “. Dalam qodhiyah matan hadits yang berhuruf tebal diatas kita bagi menjadi dua :
– Pada qodhiyah فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌtidak kami temukan pen-takhsish keumuman madlulnya sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa setiap مُحْدَثَةٍ(perkara baru) adalah بِدْعَةٌ
– Pada qodhiyah وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌtidak kita jumpai pula pen-takhsisan madlulnya yang muttashil, namun keumuman makna (madlul) yang terdapat pada qodhiyah tersebut dapat kita jumpai dalam hadits-hadis yang lain, sehingga pen-takhshishan-nya bersifat munfashil. Dan berikut diantara dalil-dalil yang mentakhsih keumuman dari hadits diatas, diantaranya adalah HR Imam Muslim dari Jarir bin Abdillah RA,:
عن جرير بن عبد الله البجلي قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فله أجرها و اجر من عمل بها بعده من غير ان يَنْقُص مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كان عليه وزرها و وزر من عمل بها من بعده من غير ان يَنْقُص مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ ( رواه مسلم )
“Barangsiapa yang memulai perbuatan baik dalam Islam, maka ia akan memperoleh pahalanya serta pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barangsiapa yang memulai perbuatan jelek dalam Islam, maka ia akan memperoleh dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka.” (HR. Muslim [1017]).
Juga hadits-hadits tentang :
Bid’ah (perkara baru) ketika Rosululloh SAW, masih hidup
Tentang do’a dalam I’tidal oleh seorang lelaki
عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيِّ قَالَ كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرَّكْعَةِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ قَالَ أَنَا قَالَ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلَاثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ ( رواه البخاري )
Tentang Sholat dua roka’at setelah wudhu oleh sahabat Bilal RA, :
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ أَبِي حَيَّانَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ دَفَّ نَعْلَيْكَ ي
“ Dan sungguh telah aku jelaskan permasalahan ini berikut dalil-dalilnya yang luas dalam “Tahdzibul Asma’ Wal Lughoot”. Maka ketika telah diketahui apa yang aku sebutkan, pasti diketahui pula bahwa sesungguhnya hadits ini bersifat “AL ‘AM AL MAKHSHUSH”, Dan begitu juga hadits-hadits serupa yang telah sampai. Dan pendapat Umar bin Khotthob RA, tentang masalah tarowih yakni “Sebaik-baik Bid’ah” menguatkan apa yang telah aku sampaikan, dan ungkapan Sahabat Umar RA, tersebut tidaklah menghalangi adanya hadits tsb sebagai hadits ‘am makhshus.”
Imam Badruddin Al ‘Ayniy : ‘Umdatul Qory Bab Imamatul Maftun wal Mubtadi’
قوله والمبتدع وهو الذي يرتكب البدعة والبدعة لغة كل شيء عمل علي غير مثال سابق وشرعا إحداث ما لم يكن له أصل في عهد رسول الله وهي عل قسمين بدعة ضلالة وهي التي ذكرنا وبدعة حسنة وهي ما رآه المؤمنون حسنا ولا يكون مخالفا للكتاب أو السنة أو الأثر أو الإجماع والمراد هنا البدعة الضلالة
Dan pendapatnya (yakni al Bukhori) : Adapun “ al Mubtadi’ “ adalah orang yang mengerjakan Bid’ah, sedang Bid’ah menurut arti bahasa adalah : Segala sesuatu yang dikerjakan tanpa ada contoh yang mendahului.Sedang menurut syara’ adalah : Mengadakan (sesuatu yang baru) yang tidak terdapat asalnya dimasa Rosululloh SAW.dan Bid’ah terbagi atas dua bagian yakni BID’AH DHOLALAHyakni bid’ah yang sebagaimana apa yang telah kami sebutkan, dan BID’AH HASANAHyakni setiap apa yang dipandang baik oleh mukminin dan ia tidak menyalahi al qur’an, atau as sunnah, atau atsar, atau ijma’. Sedang yang dikehendaki disini (dalam hadits tentang Sayyidina hasan yang ditanya soal menjadi makmum dibelakang imam ahli bid’ah) adalah Bid’ah Dholalah.”
Al Hafidz Ibnu Hajar al ‘Asqolaniy : Fathul Bari Bab al Iqtida’u Bi Sunani Rosulillah SAW
والمحدثات بفتح الدال جمع محدثة والمراد بها ما أحدث وليس له أصل في الشرع ويسمى في عرف الشرع بدعة وما كان له أصل يدل عليه الشرع فليس ببدعة فالبدعة في عرف الشرع مذمومة بخلاف اللغة فان كل شيء أحدث على غير مثال يسمى بدعة سواء كان محمودا أو مذموما
Dan adapun kata “ALMUHDATSAAT” dengan difathah Dal-nya adalah bentuk jamak dari kata “MUHDATSAH” dan yang dikehendaki dengan kata tersebut adalah : “Segala sesuatu yang diada-adakan yang baginya tidak terdapat asal (sumber) dari Syara’, dan sesuatu tersebut dalam “uruf Syara’ disebut Bid’ah. Sedang sesuatu yang baginya terdapat asal (sumber) dalil syara’ yang menaunginya maka tidak disebut dengan Bid’ah, maka Bid’ah menurut ‘uruf syara’ (ma’na therminologi syara’) adalah tercela, berbeda dengan bid’ah secara bahasa, maka sesungguhnya setiap segala sesuatu yang diadakan tanpa ada contohnya disebut bid’ah baik yang terpuji maupun yang tercela.”
Selanjutnya beliau berkata mengutip pendapat Imam Syafi’iy RA, :
قال الشافعي البدعة بدعتان محمودة ومذمومة فما وافق السنة فهو محمود وما خالفها فهو مذموم أخرجه أبو نعيم بمعناه من طريق إبراهيم بن الجنيد عن الشافعي وجاء عن الشافعي أيضا ما أخرجه البيهقي في مناقبه قال المحدثات ضربان ما أحدث يخالف كتابا أو سنة أو أثرا أو إجماعا فهذه بدعة الضلال وما أحدث من الخير لا يخالف شيئا من ذلك فهذه محدثة غير مذمومة انتهى وقسم بعض العلماء البدعة إلى الأحكام الخمسة وهوواضح
Berkata As Syafi’iy RA, : “ Bid’ah itu ada dua MAHMUDAHdan MADZMUMAH, maka sesuatu (bid’ah) yang sesuai sunnah maka itu adalah yang terpuji, sedang sesuatu (bid’ah) yang menyalahi sunnah maka ia adalah yang (bid’ah) tercela.” Pendapat ini ditakhrij oleh Abu Nu’aim dengan maknanya dari jalur Ibrohim bin al Junaid dari As Syafi’iy. Dan telah datang pula dari As Syafi’iy pendapat yang ditakhrij oleh al Bayhaqi dalam manaqibnya, As Syafi’iy berkata : “Sesuatu yang diadakan yang menyalahi al qur’an, atau sunnah atau atsar, atau ijma’ maka inilah Bid’ah Dholalah, sedang sesuatu yang diadakan yang tidak menyalahi sedikitpun dari semua maka inilah Muhdatsah yang tidak tercela, selesai. Sebagian Ulama membagi Bid’ah pada hukum yang lima dan itu adalah hal yang jelas “
Dari uraian diatas kita dapati dua model pendekatan para ulama dalam mengartikan Bid’ah :
– Dengan pendekatan bahasa (ethimologi) : yakni setiap perkara baru (yang sebelumnya tidak terdapat contoh yang mendahului). Pendapat ini bersandar pada beberapa hal :
1. Mengacu pada keumuman yang terdapat dalam hadits Fa Inna Kulla Muhdatsatin Bid’atun
2. Bid’ah dengan arti bahasa inilah yang dipergunakan oleh Amirul Mukminin Umar bin Khotthob RA, dalam mengomentari berhimpunnya jama’ah sholat tarowih dengan satu imam, dan juga Sahabat Abdulloh bin Umar RA, ketika ditanya tentang sholat Dhuha sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Mujahid.
Pendekatan model ini menyimpulakn bahwa setiap yang baru yang sebelumnya tidak terdapat contohnya disebut bid’ah, baik ia sesuai dengan dalil syara’ atau menyalahi dalil syara’. Konsekwensi dari pemahaman bid’ah dengan pendekatan bahasa adalah harus membagi Bid’ah setidaknya dalam dua kategori yakni : BID’AH DHOLALAH/SAYYIAHdan BID’AH HASANAHatau BID’AH MADZMUMAHdan BID’AH MAHMUDAHsebagaimana pendapat Imam Syafi’iy. Namun ada pula sebagian Ulama yang membagi bid’ah sesuai dengan hukum islam yakni menjadi lima bagian : wajib, sunnah, makruh, haram dan mubah sebagaimana yang kita dapati dalam syarah muslim-nya Imam Nawawi diatas.
– Dengan pendekatan ‘Urfi Syar’iy atau Ishthilahi (terminologhi) : yakni setiap perkara baru (yang sebelumnya tidak ada contohnya) yang menyalahi dalil-dalil syara’. Pendapat ini juga memiliki landasan hukum yakni :
1. Berpijak pada hadits dari Sayyidah ‘Aisyah, hadits yang ‘Am Makhshus, dimana pada hadits tersebut memberi pengertian tidak setiap yang baru itu tertolak, dengan mafhum berarti sesuatu yang baru dan memiliki landasan hukum syar’iy tidak tertolak atau tidak disebut Muhdatsah/Bid’ah.
Kesimpulan
Apapun model pendekatannya terhadap pemahaman tentang bid’ah, dapat kita garis bawahi sebagai berikut :
1. Sesuatu yang baru itu disebut bid’ah (istilah syar’iy) atau bid’ah dholalah (bahasa) bukan disebabkan perkara tersebut tidak dikerjakan oleh Rosululloh dan para sahabat Rodhiyallohu ‘Anhum Ajma’in, atau tidak ada pada masa-masa awal Islam.
2. Sesuatu yang baru disebut bid’ah (menurut istilah syar’iy) atau bid’ah dholalah (menurut arti bahasa) jika menyalahi dalil-dalil syar’iy, (baik ‘Am maupun Makhsush) baik al qur’an, sunnah, atsar, atau ijma’.
3. Terhadap sesuatu yang baru kita tidak dapat langsung menghukuminya sebagai amalan bid’ah sesat, namun hendaknya diuji dulu dengan dalil-dalil syar’iy.
4. Tidak dikerjakannya sebuah amalan dimasa Rosululloh SAW, dan masa generasi awal tidak otomatis mengindikasikan haramnya amalan tersebut.
Dengan demikian gugurlah pertanyaan dan pernyataan sebagai berikut :
– “Pernahkah hal tersebut dilakukan oleh Rosululloh SAW atau para sahabat, maupun generasi awal Islam ?” pertanyaan yang tepat adalah “ apakah hal tersebut memiliki landasan hukum syar’iy”?
– “Jika memang hal itu baik, niscaya para sahabat dan ummat dari generasi awal pasti telah mendahului kita.”
– Pembatasan amal baik dengan mengacu pada QS al Maidah : 3
أَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku sempurnakan bagimu nikmat-Ku.” (QS. al-Maidah : 3)”
Mengingat ayat tersebut turun sebelum Kholifah Abu Bakar RA, menghimpun al qur’an karena khawatir al qur’an akan musnah seiring banyaknya para sahabat penghafal al qur’an yang syahid, Bukankah Alloh telah menjamin dalam firman-Nya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan ad Dzikro, dan sesungguhnya Kami (pula) yang menjadi Pelindung baginya “ Juga apa yang dilakukan oleh Amirul Mukminin Umar bin Khotthob RA, tentang sholat tarowih dan jilid 80 kali bagi peminum khomer, juga apa yang dilakukan Amirul Mukminin Utsman bin Affan dalam adzan jum’ah, bukankah itu semua terjadi setelah Alloh menyatakan kesempurnaan agamanya ?
Bid’ah saudy : PERAYAAN Maulid MUHAMMAD ABDUL WAHHAB
Disediakan oleh;
Abu Lehyah Al-Kelantany
0133005046
http://abulehyah.blogspot.com/
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله رب العالمين, مكون الأكوان, مدبر الأزمان, الموجود أزلا وأبدا بلاكيف ولاجهة ولامكان , والصلاة والسلام على محمد سيد الأنبياء والمرسلين, وعلى ءاله الطاهرين وصحابته الطيبين, اما بعد
PERAYAAN MENYAMBUT MINGGU MUHAMMAD ABDUL WAHHAB
Program ini diadakan di Riyadh, Saudi Arabia di bawah kelolaan University Islam (ala za’mihi) Muhammad Ibn Sa’ud Al-Islamiyah. Program yang berslogankan perayaan menyambut ” Minggu Muhammad Abdul Wahhab” ini diadakan selama seminggu bertujuan mengagungkan Muhammad Abdul Wahhab dan memperingati sumbangan serta mempunyai agenda tersendiri supaya hasil daripada perbentangan dari para pembentang , Muhammad Ibn Abdul Wahhab digelar sebagai Mujaddid. Golongan al-Wahhabiyah di Saudi ini menjemput seramai 150 peserta daripada Saudi sendiri dan Luar Saudi.
Tarikh : Hari Sabtu 21-4-1400H sehingga hari Khamis 27-4-1400H BERSAMAAN 8-3-1980 sehingga 14-3-1980.
(tujuh hari -tujuh malam nii…..masyaAllah …ada dalilnya nii?…kenape tak 40 hari saja ya???? he…he….dasar badwi)
Majlis tersebut di rasmikan oleh Amir Sulaiman Bin Abdul Aziz, Pemimpin di bumi Riyadh, majlis yang meriah itu dihadiri daripada pelbagai tempat, mereka dikalangan pendakwah-pendakwah khas upahan kerajaan saudi, tenaga pengajar universiti, dan tidak lupa juga mereka menjemput hadirin dari kalangan pelajar-pelajar. Para pembentang yang hadir dikatakan mendapat upah atau sumbangan kerana memuji dan mengagungkan Muhammad Abdul Wahhab. Amat sedih sekali mereka dibeli dengan harga yang murah, sehingga sanggup menggadaikan agama tercinta kepada regim Al-wahhabiyah. Muktamar besar-besaran ini di adakan di dalam dewan beesar Malik Faishal. Majlis ini dimeriahkan lagi dengan kehadiran “kepala pengat wahhabiyah” , Abdul Aziz Bin Baz, yang merangkap sebagai ketua Am bagi Pejabat Al-Buhuts Al-Ilmiyyah Wal-ifta’ wad-dakwah wal-irsyad (ala-za’mihim) yang diiringi oleh Hasan Bin Abdullah Ali Syeikh, Menteri Pengajian Tinggi.
Para pembentang pada Program tersebut :
1.
Ahmad Bin Abdul Aziz Ali Mubarak
2.
At-Thuhami Naqirah
3.
Muhammad bin Ahmad Al-’Aqily
4.
Abdul Hafidz Abd ‘al
5.
Yusuf Jasim Al-Hajjy
6.
Ahmad Zubarah
7.
Mahmud Syit Khattab
8.
Amid Al-Jasir
9.
Abdullah Utsaimin
10.
Ismail Muhammad Al-Anshoriy
11.
Muhamad Yusuf
12.
Mana’ Khalil al-Qatthan
13.
Soleh Bin Abdul Rahman Al-Athram
14.
Abdullah Bin Saad Ar-Ruwaishid
15.
Syiajuddin KakalKhail
16.
Abdullah Abdul Majid
17.
Al-Ghazali Khalil ‘Aid
18.
Ali Abdul Halim Mahmud
19.
Ahmad Abduh Nasyir
20.
Muhammad Fathi Othman
21.
Abdul Wahhab Ibrahim Abu Sulaiman
22.
Muhammad Yusuf
23.
Abdul Rahman Umairah
24.
Abdul Karim Khatib
25.
Muhammad Nasib Al-rifa’iy
26.
Muhammad Muhammad Husain
27.
Muhammad Abdul Rahman.
28.
Soleh Auzjany
29.
Abdul Bari Abdul Baqiy
30.
Muhammad Salam Madkur
31.
Abdul Fattah Muqallidil Ghunaimiy
32.
Wahbah Zuhaily
33.
Ismail Ahmad
34.
Anwarul Jundiy
35.
Abdul Halim Uwais
36.
‘Athiah Muhammad Salim
37.
Mushtofa Muhammad Mas’ud
38.
Muhammad Al-Sa’iid Jamaluddin
39.
Najih ahyad Abdullah
40.
Abdul Qudwas Al-Anshory
Ulasan :
Cinta kepada Rasulullah Sollahu ‘alaihi Wassallam tidak boleh, Mengagungkan Nabi Muhammad Sollallahu ‘Alaihi Wasallam tidak boleh, Ikut Imam Syafie tidak boleh, Ikut Imam 4 mazdhab tidak boleh, Menyambut Maulidurrasul dianggap bid’aah, ditambah lagi pelakunya layak dihumban ke dalam neraka, tetapi kalau sambut Minggu Muhammad Abdul WahhAb?..haik.. tidak bida’ah, Cintakan dan agungkan Muhammad Abdul Wahhab?..haik tidak Bida’ah, taklid ta’asub kepada Muhammad Abdul wahhab?..Haik..tidak bid’aah..Subhanakallahu Buhtanun ‘Adzim.
Sebenarnya golongan al-wahhabiyah tidak mencinta Nabi, bahkan wahhabiyah ini membenci habibuna Mushtofa Muhammad Sollallahu ‘Alaihi Wasalllam…
Disediakan oleh;
Abu Lehyah Al-Kelantany
0133005046
http://abulehyah.blogspot.com/
wahai wahaby/salafy palsu/ahlusunnah palsu!!!
membid’ahkan dan melarang maulid nabi muhammad saw…..
tapi buat perayaan bid’ah menyambut maulid
MELURUSKAN KESALAHPAHAMAN PEKAN MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB
Akhi Wahabi asli, apakah acara tersebut diadakan rutin/berulang2 setiap tahun pada tanggal tertentu yang sudah ditentukan setiap tahunnya ataukah sekali itu saja? Apakah acara tersebut memperingati kelahiran Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab? Apakah dilaksanakan pada tanggal kelahiran Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab? Bagaimana bentuk/isi acara tersebut apakah sama dengan perayaan Maulid Nabi? Apakah perayaan tersebut bertujuan ibadah/taqarub untuk mencari pahala dari Allah seperti maulid Nabi yg Wahabi asli lakukan (seperti dzikir/doa berjamaah, pengajian dengan tujuan ibadah) ataukah hanya bertujuan untuk meluruskan/menjelaskan kepada umat tentang kesalahpahaman terhadap dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (tidak ada acara pengajian/dzikir jamaah)?
Berikut fatwa syaikh Utsaimin mengenai pekan Muhammad bin Abdul Wahhab:
http://kangaswad.wordpress.com/2011/02/28/antara-pekan-muhammad-bin-abdul-wahhab-dan-maulid-nabi/
Bagi yg mau ikut berdialog secara khusus mengenai masalah tersebut silakan dibuka link tersebut.
Kesimpulannya: Samakah antara perayaan maulid Nabi yg Akhi … lakukan dengan pekan Muhammad bin Abdul Wahhab…?
Tulisan Akhi Wahabi asli: “Cinta kepada Rasulullah Sollahu ‘alaihi Wassallam tidak boleh, Mengagungkan Nabi Muhammad Sollallahu ‘Alaihi Wasallam tidak boleh, Ikut Imam Syafie tidak boleh, Ikut Imam 4 mazdhab tidak boleh…”
Paijo berkata:
1. Bukti cinta kpd Rasulullah adalah dengan mengamalkan sunnah/ajaran beliau bukan dengan tata cara yg tidak pernah beliau dan para sahabatnya ajarkan sama sekali.
2. Siapa sih yg melarang ikut madzhab Akhi? Para ulama ahlus sunnah zaman dulu banyak yg bermadzhab dan juga banyak yg tidak bermadzhab. Yang dilarang adalah fanatik madzhab, misalkan telah sampainya hujjah yg lebih kuat atau hadits/atsar yg lebih shahih tetapi dia lebih memilih pendapat imam madzhabnya (ia menganggap pendapat imam madzhabnya 100 persen pasti benar) dan meninggalkan hadits/atsar tersebut, maka inilah yg dilarang, kecuali jika memang belum sampai hadits/atsar kepadanya. Sedangkan ulama itu tidak hanya terbatas kepada 4 imam madzhab saja, tetapi banyak sekali seperti Imam Syaukani, Ash-Shan’ani, Ad-Darimi, Ibnu Khuzaimah, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Adz-Dzahabi, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Bukhari, Muslim, Ibnu Katsir, Ibnul Qayyim, Ibnul Jauzi, Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu Hazm, Ibnu Hajar Al-Asqalani, An-Nawawi, Ibnu Abdil Bar, Asy-Syathibi, dan masih banyak lagi.
tolong kepada pengurus situs bamah, jangan biarkan salafi wahabi mengacak-acak situs anda yang kami muliakan dan hormati, karena hati kami trenyuh melihat situs ini dibuat ajang debat kusir, terpaksa kami berbuat melebihi batas, makasi, jazakumulloh khoiron katsiro
DUA FAKTA UNIK….
Fakta yg unik… para pakar teologi dari berbagai agama dalam riset mereka, ketika menukil ucapan tokoh tertentu.. mereka akan menukil ucapan tsb scara LITERAL Kata perkata tanpa penambahan/pengurangan. Tapi ketika mmberikan tafsir, terkadang mereka mmbelokkan tafsir nukilan tsb sesuai dg keinginan yang sesuai dg madzhab mereka.. tapi mereka tetap menukil NASH apa adanya demi amanah ilmiah dan periwayatan..
Nah, yang terjadi saat ni n fakta yg LEBIH unik ..ada sebagian orang yg mengaku mengikuti SUNNAH ROSUL , namun ketika menukil sebuah riwayat dr perkataan ulama, mereka tak segan2 mengurangi/menambah kata2 dalam nukilannya untuk menyokong madzhabnya dg MENINGGALKAN amanah ilmiah n periwayatan. Padahal masa sekarang ini, transfer informasi n literal kitab2 ulama sangatlah mudah, sehingga apabila ada kecurangan dalam sebuah nukilan akan mudah ketahuan..
googling: kesesatan wahabi
selamat menikmati……
bUAT Saudaraku Wahabi asli,
Anda belum menjawab pertanyaan saya,
1. Siapakah Wahabi menurut anda?
2. Atas dasar apa anda mengatakan bahwa Ibnu Taimiyah itu Wahabi?
3. Kalau anda pengikut imam Syafi’i, apakah Imam Syafi’i pernah menggelar acara tahlilan kematian ketika ada peristiwa kematian?
4. Kalau anda merasa sebagai Asyariyah, apakah Imam Asyari pernah menggelar acara tahlilan kematian ketika ada peristiwa kematian?
Mohon jawaban yang singkat, padat, nggak pakai jurus MUTER-MUTER.
Anak tk: “pak apakah imam syafi,i pernah melarang tahlilan?????” Guru: “pernah!!!!” Anak tk: “gimana bunyinya????” Guru:”al ma,tamu makruhun” Anak tk: “artinya?????” Guru: “berkumpul dirumah mayit karena menambah kesusahan adalah makruh” Anak tk: “aha itu mah bukan tahlilan paaaaakkkk,” Guru: “????????” Anak tk: “kalo imam syafi,i berkata attahlilalanu haroomun, saya baru percayaaa,,,, bapak mah ngajar arab aja mbulet” Guru: “????????”
1. Hei Wahabi ! Habib Rizieq TUJUH HARI di Iran ente tuduh SYI’AH. Tapi Habib Rizieq TUJUH TAHUN di Saudi ente enggak tuduh WAHABI ???!!!
2. Hei Wahabi ! Sikap Habib Rizieq JELAS yaitu perangi SYIAH RAFIDHOH yg suka kafirkan SHAHABAT dan WAHABI TAKFIRI yg suka kafirkan sesama muslim !!! Ada pun Syiah yg tdk kafirkan Shahabat dan Wahabi yg tdk kafirkan sesama muslim WAJIB dihormati dan diajak Dialog.
3. Hei Wahabi ! Ente KAFIRKAN Madzhab Asy’ari, lalu Habib Rizieq bangkit bela Asy’ari sbg Madzhab Ahlus Sunnah. Kenape ente dongkol ???!!!
4. Hei Wahabi ! Kalau Madzhab Asy’ari KAFIR, maka Para Imam : Daraquthni, Juwaini, Mawardi, Syirazi, Baihaqi, Ghazali, Ruyani, Baghowi, Fakhrurrozi, Ibnu ‘Asakir, Ibnu Sholah, Ibnu Abdis Salam, Rofi’i, Nawawi, Qolyubi, Burmuki, Asqolani, Haitami, Subki, Dimyathi, Suyuthi, dan RIBUAN ULAMA BESAR lainnya, semuanya jadi KAFIR krn mereka semua ASY’ARI. Apa Wahabi doang yang Islam ???!!!
5. Hei Wahabi ! Habib Rizieq itu FOKUS utk bela ASY’ARI, tdk keliru ! Ente KAFIRKAN ASY’ARI, ente keliru !!! Sudah salah ngaku bener, eh pake nyalahin Habib Rizieq ???!!! Dasar Antek Yahudi…!!!
6. Hei Wahabi ! Madzhab FIQIH Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali itu Ahlus Sunnah. Begitu juga Madzhab AQIDAH Asy’ari, Ma’turidi dan Hanbali itu semua Ahlus Sunnah. Fuqoha Hanafi ikut Ma’turidi. Fuqoha Maliki dan Syafi’i ikut Asy’ari. Fuqoha Hanbali punya aliran sendiri. Wahabi ikut siapa ???!!!
7. Hei Wahabi ! Indonesia Negeri Asy’ari. Kalau tidak suka, ente ke Nejed saja tempat lahirnya Musailamah Al-Kadzdzab !!! Jangan pecah belah umat Islam di Indonesia !!!
8. Hei Wahabi ! Enaknye lu ngaku SALAFI !!! Lu Pikir Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali enggak ikut SALAF ???!!! Pale lu bau menyan !!!
9. Hei Wahabi ! Orang kritik Wahabi langsung ente tuduh Syiah / Yahudi / Sesat / Ahli Bid’ah / Jahil / Kafir ! Lu pikir lu doang yg Islam ???!!! Lu mesti tahu bhw HADITS menyatakan bhw orang yg suka mengkafirkan MUSLIM sesungguhnya dia yg KAFIR !!! Dasar Wahabi GO***K !!!
10. Hei Wahabi ! Lu bilang Allah SWT DUDUK di Singgasana spt duduknye PA***TLU di kursi. Dasar MUJASSIM yg menyerupakan Allah SWT dg Makhluq. Ape enggak KAFIR tuh ???!!!
11. Hei Wahabi ! Lu bilang HARAM melawan Pemerintah walau mereka berbuat DOSA BESAR. Dasar PENJILAT ! Wahabi MADZHAB BUDAK Pemerintah Zolim ! Pantes DUIT Lu banyak buat BELI iman orang awam ???!!!
12. Hei Wahabi ! Lu tau enggak bhw Rapat Kafir Quraisy di Darun Nadwah utk BUNUH NABI SAW dihadiri IBLIS yg menyerupai SYEIKH DARI NEJED tempat lahirnya Wahabi. Lu lihat tuh, IBLIS cinta sama WAHABI Nejed ???!!
13. Hei Wahabi ! Soal melafalkan niat sholat Lu kafirin. Soal Qunut Shubuh Lu Kafirin. Soal Maulidan Lu Kafirin. Soal Talqin dan Tahlilan Lu Kafirin. Lalu Lu sendiri bilang Allah SWT punya tangan dan kaki serta wajah kemudian duduk di atas Singgasana. Lu anggap Allah SWT spt manusia. Ape Lu pikir enggak KAFIR menyuarakan Allah SWT spt Makhluq ???!!!
14. Hei Wahabi ! Jidat Lu item bagus, tp sayang hati Lu lebih item lagi. Ngaku cinta Nabi SAW, tp Ahlul Bait Nabi SAW Lu musuhin. Sayyidina Husein RA cucu dan SHAHABAT NABI SAW Lu salahin. Yazid La’natullaah ‘alaih yg bantai Ahlul Bait Lu puji-puji. Dasar NAWASHIB Lu !!
15. Hei Wahabi ! Semua jejak peninggalan Nabi SAW Lu hancurin dg dalih agar tdk dikeramatkan. Enggak sekalian Lu hancurin Mekkah dan Madinah berikut KUBUR NABI nya ???!!!
16. Hei Wahabi ! Lu bilang istilah TASHAWWUF itu bid’ah, krn tdk ada dlm Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tp istilah AQIDAH Lu getol pake, padahal Bid’ah juga, krn tdk ada dlm Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ooi…malu dong !!!
17. Hei Wahabi ! Guru imam Syafi’i yg bernama Ibrahim b Abi Yahya seorang MU’TAZILAH, tp dipercaya dan dihormati oleh imam Syafi’i. Dan Guru Imam Ahmad yg bernama Abdul Majid b Abdul Aziz b Abi Ruwwad seorang MURJI-AH, tp dipercaya dan riwayatnya diterima oleh Imam Ahmad. Selain itu, Perawi Bukhari dan Muslim banyak yg TASYAYYU’, tp riwayatnya diterima oleh para Ahli Hadits. Lihat dong, SALAF tdk sembarangan KAFIRKAN orang. Eh….ente, sok lebih pinter dari SALAF, seenaknya KAFIRKAN orang
18. Hei Wahabi ! Orang cinta Ahlul Bait Nabi SAW ente tuduh SYIAH, langsung ente KAFIRKAN. Lalu kenapa yg benci Ahlul Bait Nabi SAW tdk ente sebut NAWASHIB dan ente KAFIRKAN juga dong ???!!!
19. Hei Wahabi ! Ente bilang merendahkan SHAHABAT Nabi SAW yg mana pun adl KEKAFIRAN. Lalu bgmn dg IBNU TAIMIYYAH yg dlm kitabnya MINHAJUS SUNNAH yg telah merendahkan ALI RA dkk dari Muhajirin dan Anshor dg tuduhan cari dunia. Kok Ente enggak KAFIRKAN Ibnu TAIMIYYAH ???!!! Adil dong Muke Gile !!!
20. Hei Wahabi ! Ente minta diperlakukan dg ADIL, tp Ente sendiri TIDAK ADIL ???!!! Ente KAFIRKAN ASY’ARI, JAMA’AH TABLIGH, IKHWANUL MUSLIMIN, HIZBUT TAHRIR dan muslimin lainnya. Lalu Habib Rizieq ente fitnah SYI’AH, dan Ust.Abu Bakar Ba’asyir ente fitnah KHAWARIJ, serta Ust.Abu Jibril ente fitnah TERORIS. Ente b*j*ngan penjahat Aqidah dan TUKANG FITNAH !!!
21. Hei Wahabi ! Ente ngakunya ANTI BID’AH, nyatanya Ente BIKIN BID’AH juga. TAUHID itu satu, tp Ente bagi TIGA. Allah SWT Maha Suci tdk ada yg SEPERTINYA, tp Ente serupakan Allah SWT dg MAKHLUQ.. Itu artinya Ente nyuci TAI dg AIR KE***ING. Dasar Wahabi NAJIS !!!
22. Hei Wahabi ! Taubatlah kepada Allah SWT dari TIGA KEKAFIRAN : 1. Dari AQIDAH TAJSIM dan TASYBIH yg menyerupakan Allah SWT dg MAKHLUQ . 2. Dari AQIDAH TABDI’ dan TAKFIR yg suka BID’AHKAN dan KAFIRKAN kaum muslimin. 3. Dari AQIDAH NAWASHIB yg membenci AHLUL BAIT NABI SAW. Taubat sebelum sekarat !!!
23. Hei Wahabi ! Musuh Islam banyak, ada Zionisme Yahudi dan Misionaris Salibis. Kenape Ente serang umat Islam ??? Ente kurang kerjaan !!!
24. Hei Wahabi ! Di Yaman, Ente diserang dan dibunuh oleh SYIAH ZAIDIYYAH krn bacot Ente yg suka KAFIRKAN orang lain. Di Indonesia, kalau BACOT ente enggak dijaga, tinggal tunggu waktunye Ente di penggal dan dihabisi !!! Dasar Pemecah Belah Umat !!!
25. Hei Wahabi ! BOS Ente Saudi jadi BUDAK AS dan ISRAEL. Kenape Ente enggak KAFIRKAN ??? Ente takut enggak dapat setoran lagi ye ???!!! Dasar HAMBA FULUS !! !
26. Hei Wahabi ! Lu caci-maki Habib Rizieq yg se Indonesia tahu perjuangannye. Guru Lu si YAZID JAWAS dulu diusir orang kampung dari BOGOR gara-gara BEDUK !!! Malu-maluin Wahabi aje !!! Ooi…Urat Malu Lu udah putus yee ???!!!
27. Hei Wahabi ! Ikhwan SALAFI aje enggak suka sama Ente ! Apalagi Ikhwan SALAFIYAH !!! Kite semua udah ngebelenek sama Ente, tinggal dimuntahin aje. Emang Ente mesti segera dibasmi ! Ente ngotor-ngotorin Islam aje !!!
28. Hei Wahabi ! Kerja Lu ape ??? Ahmadiyah Lu biarin. Ma’siat Lu Tonton. Kezaliman penguasa Lu banggain. Khianat Saudi thd Palestina Lu dukung. Orang ARAB SAUDI pada Zina di Puncak Lu diam. Eh….Habib Rizieq yg sdg berjuang mati-matian lawan itu semua Lu musuhin. Dasar BIANG BID’AH !!
29. Hei Wahabi ! Ente ngaku-ngaku udah bantuin FPI agar tdk dibubarkan. Ente BOHONG BESAR !!! Dimane-mane Ente jelek-jelekin FPI !!! Jangan kate bantuin FPI, Ente tengok aje enggak pernah !!! Dasar tidak punya malu !! !
30. Hei Wahabi ! Lu ngaku ikut IMAM AHMAD, padahal enggak ! Lu ngaku ikut IBNU TAIMIYAH, padahal enggak ! Lu ngaku ikut SYEIKH MUHAMMAD B ABDUL WAHHAB, padahal enggak ! Mereka ULAMA BESAR yg tdk KAFIRKAN umat Islam, tp Lu KAFIRKAN semua umat Islam ! Lu ikut IBLIS !!!
31. Hei Wahabi ! Kitab-Kitab Klasik yg Ente cetak, Ente ubah seenaknye. Pasal-Pasal yg Ente enggak suka, Ente hapus semuanye. Dasar penipu ! Tukang Ngibul !! Pengkhianat !!!
32. Hei Wahabi ! Dalam kitab Ente AD-DURAR AS-SANIYYAH jilid 1 hal 228 diperintahkan utk memusnahkan / menghilangkan sebagian isi Kitab-Kitab karya Ulama jika TIDAK SESUAI dg AQIDAH WAHABI. Madzhab apa ini yg memerintahkan PENIPUAN ???!!!
33. Hei Wahabi ! Kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi rhm memuat judul DOA PASAL ZIARAH KUBUR NABI SAW, Ente ubah jadi PASAL ZIARAH MASJID NABI SAW, krn WAHABI Anti Ziarah Kubur. Ente B*j*ngan Tukang Tipu !!!
34. Hei Wahabi ! Perkataan Imam As-Subki yg dinukilkan Imam Abul ‘Izz dalam Syarh Aqidah Thohawiyah dari kitab Mu’id An-Ni’am hal 62 Ente ubah habis-habisan ! Yg semula disebut ASY’ARI sbg isi Aqidah Thohawiyah dihilangkan sama sekali. Yg semula disebut sebagian HANBALI
36. Hei Wahabi ! Kitab Hasyiyah Ash-Showi ‘ala Tafsir Al-Jalalain karya Syeikh Ahmad b Muhammad Ash-Showi Al-Maliki hal 78 aslinya tertulis bhw WAHABI adl JELMAAN KHAWARIJ yg telah merusak penafsiran Al-Qur’an dan As-Sunnah dan suka membunuh kaum muslimin, tp Ente hapus semuanye. Kenape ?! Rahasia Ente dibongkar, jadi Ente hapus !! Dasar Syetan Penipu !!
37. Hei Wahabi ! Kitab Tafsir Al-Kasysyaf karya Imam Az-Zamakhsyari dlm tafsir Surat Al-Qiyaamah ayat 22-23, penafsiran si pengarang yg Mu’tazilah diubah habis jadi penafsiran WAHABI. Dasar Maliiiing……Ente nyolong dan obok-obok karya orang lain !!!
38. Hei Wahabi ! Kitab Al-Ibanah karya Imam Abul Hasan Al-Asy’ari rhm yg terang-terangan menolak TAJSIM dan TASYBIH, Ente ubah habis-habisan jadi mendukung TAJSIM dan TASYBIH. Ente manipulasi kitab ! Ente korupsi pernyataan Ulama ! Dasar Koruptor Dalil !!!
39. Hei Wahabi ! Kitab Al-Fawaid Al-Muntakhobat karya Ibnu Jami Aziz-Zubairi di hal 207 menyatakan bhw Syeikh Muhammad b Abdul Wahhab adl THOGHUT BESAR, tp Ente hapus sama sekali. Kenape ? Malu Yee !!!
40. Hei Wahabi ! Semua cetakan kitab Diwan Imam Asy-Syafi’ di hal 47 ada bait berbunyi FAQIIHAN WA SHUUFIYYAN FAKUN LAISA WAAHIDAN artinya Jadilah Ahli Fiqih dan Shufi sekaligus, jgn hanya salah satunya. Tapi dlm cetakan WAHABI, termasuk versi elektronik (e-book) dg alamat http://www.almeshkat.net, bait tsb dibuang krn Wahabi MUSUH SHUFI. He…he…hee, lucu ! Wahabi lucu !! Katanye Wahabi jujur ???!!!
41. Hei Wahabi ! Kitab Shahih Bukhari Ente palsukan juga !! Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani dlm Fathul Bari menjelaskan adanya Pasal Al-Ma’rifah dan Bab Al-Mazholim dlm Shahih Bukhari, tapi dlm Shahih Bukhari cetakan Wahabi saat ini Pasal dan Bab itu hilang !!! Ente kemanakan hei Wahabi ???!!!
42. Hei Wahabi ! Kitab Shahih Muslim Ente palsukan juga !! Gilee Lu !!! Hadits Fadhoil Maryam, Asiyah, Khadijah dan Fathimah Ente hapus dari Shahih Muslim yg Ente cetak, padahal Mustadrak Al-Hakim mencatat itu. Lucunya, Shahih Muslim cetakan Masykul jilid 7 hal 133 ada Bab Fadhoil Khadijah tapi isinya ttg Fadhoil Maryam, Asiyah dan Aisyah. Nekat betul Ente PALSUKAN Shahih Muslim, krn BENCI Khadijah dan Fathimah !!! Ente Dajjal Ma’jujeeeee….!!!
43. Hei Wahabi ! Ente ngaku cinta Imam Ahmad, tp Kitab Musnad Imam Ahmad Ente PERKOSA juga ! Dlm Musnad Imam Ahmad aslinya ada Hadits ttg Rasulullah SAW mempersaudarakan Muhajirin dan Anshor serta mempersaudarakan dirinya dg Ali RA. Tapi kini oleh Wahabi, Hadits tsb dibuang ke TONG SAMPAH, tdk ada dlm Musnad cetakan mereka. Wahabi Maliiiing…..Wahabi Rampooook…..Wahabi Begaaaal !!!
44. Hei Wahabi ! Kitab Ash-Showa’iq Al-Muhriqoh karya Ibnu Hajar Al-Haitami tdk luput dari kejahatan Ente ! Sejumlah Hadits ttg Ali RA dan Ahlul Bait Nabi SAW, Ente palsukan dg dihapus sebagian dan diubah. Dasar Pembenci Ahlul Bait Nabi SAW !! Ngaku cinta Nabi SAW, tp keluarga Nabi Lu musuhin !!! Cinta Lu PALSU !!!
45. Hei Wahabi ! Dalam kitab Hasyiah Ibnu ‘Abidin yg bermadzhab Hanafi ada PASAL KHUSUS ttg Wali, Abdal dan orang2 Sholeh serta Karomah. Tp kini oleh Wahabi satu pasal full DIMUSNAHKAN. Wahabi curaaaaang…..Wahabi ja***aaaang !!!
46. Hei Wahabi ! Ucapan Syeikh As-Sakhawi ttg Imam Al-A’la Al-Bukhari yg menyatakan bhw Sang Imam SANGAT TAKUT dekat dg Penguasa, Ente ubah jadi SANGAT DEKAT dg Penguasa. Apa-apaan nih ??? Wahabi FATTAAAN ….TUKANG FITNAH yg berbahaya !!!
47. Hei Wahabi ! Kitab Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah jilid ke-10 ttg ILMU SULUK dan TASHAWWUF pernah cukup lama tidak diterbitkan oleh Wahabi. Baru setelah diprotes banyak pihak, akhirnye Ente
sisipin lagi jilid tsb. Gile Luu….Imam Lu sendiri Lu Kangkangin !! Wahabi kurang ajar !!! Wahabi tidak punya adab !!!
48. Hei Wahabi ! Kitab Nihayatul Qoul Al-Mufid karya Syeikh Muhammad Makki Nashr Al-Juraisi yg menulis bhw dirinya Madzhab Syafi’i dg THORIQOH SYADZALI, tp Ente buang Thoriqohnya. Kenape ?! Benci Thoriqoh nih ?! Benci sih benci, tapi ADIL dong !!!
49. Hei Wahabi ! Dalam kitab Al-Mughni karya Imam Ibnu Qudamah Al-Hanbali ada BAB ISTIGHOTSAH, tapi dlm cetakan ulang Wahabi dibuang sama sekali. Wah…wah….wah…
50. Hei Wahabi ! Kitab Tarikh Al-Ya’qubi jilid 2 hal 37 aslinya menyebut “Nash” buat Ali RA di “Ghadir Khum”, tp dlm cetakan Wahabi kata “Nash” dan “Ghadir Khum” dilenyapkan. Kenape ? Ente takut dijadikan dalil oleh kalangan Syiah ?? Hei BAHLUL, Sunni Sejati hadapi Syiah dg ILMU, bukan dg KEBOHONGAN !! Dasar SUNNI GADUNGAN !!!
51. Hei Wahabi ! As-Syeikh Al-Muhaddits Ahmad b Muhammad b Shiddiq Al-Ghumari dlm kitabnya “Al-Burhan Al-Jaliy” mencatat PEMALSUAN WAHABI thd Kitab Ahwal Al-Qubur karya Ibnu Rajab Al-Hanbali dan Kitab Tafsir Al-Bahr Al-Muhith karya Abu Hayyan, serta sebuah kitab lainnya yg berjudul “Iqtidho Ash-Shiroth Al-Mustaqim”. Edan Lu ! Berape kitab lagi yg Lu mau obok-obok ?!
52. Hei Wahabi ! Lu Edan ! Lu Gila ! Kitab-Kitab Ulama Besar Lu berani PALSUIN !! Lu pikir enggak bakal ketahuan !!! Sekarang terbukti Lu PALSUIN kitab-kitab : Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Jami’ Tirmidzi, Musnad Imam Ahmad, Tasir Al-Bahr Al-Muhith, Al-Ibanah, Thabaqot Ibnu Sa’ad, Tarikh Thabari, Al-Aghani, dll. Ternyata Wahabi PEMALSU HADITS DAN KITAB !!!
53. Hei Wahabi ! Pendiri Wahabi dlm kitab Muallafaat Muhammad b Abdul Wahhab hal 186-187 menyatakan bhw hanya dia yg paham makna “Laa ilaaha illallaah”, SEMUA ULAMA dari zaman Nabi SAW s/d zamannya adl SESAT krn tdk tahu makna “Laa ilaaha illallaah”. Weis sombongnya !! Takabbur spt IBLIS !!!
54. Hei Wahabi ! Putra Pendiri Wahabi Syeikh Abdullah b Muhammad b Abdul Wahhab dlm kitab Ad-Durar As-Saniyyah fi Al-Ajwibah An-Najdiyyah jilid 1 hal 224 menyatakan bhw orang yg BERTAWASSUL adl MUSYRIK dan HALAL dibunuh dan dijarah. Wah…Gawat, padahal TAWASSUL dan TABARRUK adl masalah FURU’ AQIDAH yg diperselisihkan Ulama Ahlus Sunnah. Kok mudah betul MENGKAFIRKAN dan menghalalkan pembunuhan dan penjarahan ??!! Wahabi Pembunuh….Wahabi Penjarah !!
55. Hei Wahabi ! Syeikh Ibn Baz dlm kitab Fatawa fil Aqidah hal 13 menyatakan bhw ISTIGHOTSAH dan TAWASSUL dg para Nabi dan Auliya adalah MUSYRIK KAFIR. Ha…Haa…Haaa…ternyata Para Syeikh Wahabi SETALI TIGA UANG. Semuanye sama : TUKANG KAFIRIN MUSLIM !!!
56. Hei Wahabi ! Syeikh Abu Bakar AL-Jazairi dlm kitab Aqidatul Mu’min hal 144 menyatakan bhw TAWASSUL adl SYIRIK dan pelakunya KEKAL DI NERAKA. Nah, nih satu lagi Syeikh Wahabi yg pegang KUNCI PINTU NERAKA !! iiiih……sereeeeeemmm !!!
57. Hei Wahabi ! Syeikh Muhammad b Soleh Utsaimin dlm kitab Liqo Al-Bab Al-Maftuh hal 42 menyatakan bhw Imam Nawawi rhm dan Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani rhm BUKAN Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Nah Lu, satu lagi Syeikh Wahabi SOK ASWAJA sendirian. Padahal ilmu dan jasa SI WAHABI ini thd Islam dan umatnya tdk seujung kuku Nawawi dan Ibnu Hajar. Dasar sombong ! Sok pinter Lu !! Sok suci Lu !!!
58. Hei Wahabi ! Syeikh Al-Qonuji dlm kitab Ad-Din Al-Kholish jilid 1 hal 140 mengikuti jejak Cucu Pendiri Wahabi Abdurrahman b Hasan b Muhammad b Abdul Wahhab dlm kitab Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid hal 217, sama-sama menyatakan bhw TAQLID kpd Madzhab adl bagian dari SYIRIK. Wahabi mulutnya BAU, krn selalu keluar kata SYIRIK buat umat Islam sendiri. Bau Kentut Mulut Lu ! Bau Tai Bacot Lu ! ! Bau Bangke Cecongoran Lu !!!
59. Hei Wahabi ! Syeikh Nashiruddin Al-Albani dlm kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah jus 6 hal 676 menyatakan bhw MUSUH SUNNAH adl orang yg bermadzhab dan Asy’ariyyah serta Para Shufi dan lainnya. Nih catat satu lagi Syeikh Wahabi yg KAFIRKAN Asy’ari dan semua orang bermadzhab termasuk para ULAMA BESAR SEMUA MADZHAB. Jadi, cuma Wahabi yg Islam, sdg yg lain kafir semuanya ???!!! Dasar Kutu Onta !!!
60. Hei Wahabi ! Cucu pendiri Wahabi Syeikh Abdurrahman b Hasan b Muhammad b Abdul Wahhab dlm dua kitabnya : Qurrah ‘uyun Al-Muwahhidiin hal 47 dan Fathul Majid hal 191-192 tegas MENGGENERALISIR PENGKAFIRAN thd Muslimin di Mesir, Yaman, Iraq, Oman, Syam dan Hijaz. Ha…ha…haaaa… Apa yang Muslim cuma orang NEJED doang ??? Dasar WAHABI BAHLUL !!!
61. Hei Wahabi ! Pemerintah SAUDI mendoktrin anak-anak sekolah di Saudi via buku pelajaran sekolah SLTA terbitan Kementerian Pendidikan dlm buku pelajaran AT-TAUHID kelas 1 SLTA hal 67 bhw MUSYRIKUN adl Salafnya Jahmiyyah, Mu’t
62. Hei Wahabi ! Ada kabar LUCU : Abdulkarim b Soleh Al-Wahabi dlm kitabnya Hidayatul Hairan fi Mas-alatid Dauran MENOLAK Bumi Berputar, krn Allah SWT menurut Wahabi turun dg DZATNYA ke Bumi setiap sepertiga malam terakhir, shg jika Bumi Berputar maka Allah SWT tdk naik-naik ke ‘Arsy. Makanya belajar dg ASWAJA yg meyakini bhw yg turun adl RAHMAT Allah SWT bukan DZAT Allah SWT. Maha Suci Allah SWT dari tuduhan keji Wahabi ! Emang Wahabi itu B*d*h, B**O, T***l, GO***K, Pa**ir, Id**t, Bahluuuuuul !!!
63. Hei Wahabi ! Ente bilang Allah SWT punya tangan dan kaki serta wajah, lalu duduk di atas Singgasana dan turun naik antara Langit dan Bumi. Itu artinya Wahabi MUJASSIM yg menjasmanikan Allah SWT, dan MUSYABBIH yg menyerupakan Allah SWT dg makhluq. Imam Ahmad rhm berkata : “Barangsiapa yg berkata bhw Allah adl JISIM tdk spt JISIM-JISIM maka ia telah KAFIR.” Ooii…. Ternyata Wahabi itu KAFIR dlm pandangan Imam Ahmad ! Kaciaan deh Luuu…!!
64. Hei Wahabi ! Masih soal BUMI BERPUTAR : Syeikh Ibn Baz dlm kitab Al-Adillah An-Naqliyyah wal Hissiyyah ‘ala Jiryan Asy-Syams wa Sukun Al-Ardh hal 17, 23 dan 72, serta kitab Fatawa Ibn Baz jilid 9 hal 160 yg dimuat dlm Fatwa Kerajaan Saudi No.1 / 2925 tertgl 22/7/1397 H menyatakan bhw pendapat bumi berputar adl pendapat yg sangat keji dan munkar, serta yg berpendapat tsb adl telah KAFIR dan SESAT, shg WAJIB dituntut bertaubat, jika tdk mau Taubat maka harus DIHUKUM MATI sbg KAFIR MURTAD dan hartanya disita buat Kas Negara. Wow….WAHABI SADIS !!! Lu lihat tuh….B**Onya Wahabi !!!
65. Hei Wahabi ! Masih soal BUMI BERPUTAR : Syeikh Ibnu Sholeh Al-’Utsaimin menyarankan via Majmu Fatawa wa Rasail Fadhilah Asy-Syeikh Muhammad Ibnu Sholeh Al-’Utsaimin jilid 3 Fatwa No. 428 hal 153, agar soal BUMI BERPUTAR jgn diajarkan di sekolah-sekolah. Kompakkan KUPERNYA WAHABI ?! Wahabi MADZHAB PRIMITIF !!
66. Hei Wahabi ! Masih soal BUMI BERPUTAR : Ulama sepakat bhw SALAF itu adl RASULULLAH SAW dan SHAHABAT serta TABI’IIN dan TABI’IT TABI’IN. Tp Syeikh Ibnu Baz dlm kitab Al-Adillah An-Naqliyyah wal Hissiyyah menyatakan bhw telah jadi IJMA’ SALAF spt IBNU TAIMIYYAH, IBNU KATSIR dan IBNUL QOYYIM bhw BUMI TIDAK BERPUTAR. Aneh, mereka BUKAN SALAF, kok disebut SALAF ?! Dan SALAF tdk ada yg bicara soal BUMI BERPUTAR atau TIDAK BERPUTAR, kok disebut sdh IJMA’ ?! Wahabi memang Tukang Tipu !! Sangat menjijikkan !!!
67. Hei Wahabi ! Dlm kitab Thabaqat Hanabilah karya Ibnu Abi Ya’la jilid 2 hal 39 ada sebuah Hadits Buatan Wahabi menyatakan bhw Allah SWT berupa seorang pemuda berambut ikal bergelombang mengenakan pakaian merah. Apa ini Bukan TAJSIM Dan TASYBIH ??? !!! Ini AQIDAH SESAT MENYESATKAN !!! Ternyata Wahabi BIANG BID’AH !!!
68. Hei Wahabi ! Dlm kitab At-Tauhid wa Itsbat Shifat Ar-Rabb karya Ibnu Khuzaimah saat belum TAUBAT dan masih MUJASSIM, di hal 198 menyatakan bhw Rasulullah SAW melihat Allah SWT sdh DUDUK di TAMAN HIJAU di atas KURSI EMAS di bawahnya PERMADANI EMAS yg dipikul oleh EMPAT MALAIKAT yg berupa SEORANG LELAKI, dan BANTENG, dan BURUNG ELANG, serta SINGA. Nah, dg karya spt ini Ibnu Khuzaimah dipuji oleh Ibnu TAIMIYYAH dlm Majmu’ Fatawa jilid 3 hal 192, sbg “Imamnya para Imam”. Jadi jelas sudah bhw AQIDAH WAHABI : NGAWUR dan KEBLINGER…..!!!
69. Hei Wahabi ! Dlm kitab Thabaqat Hanabilah karya Ibnu Abi Ya’la jilid 2 hal 39 dan kitab At-Tauhid wa Itsbat Shifat Ar-Rabb karya Ibnu Khuzaimah hal 198, merangkumkan AQIDAH WAHABI bhw Allah SWT berupa SEORANG PEMUDA BERAMBUT IKAL BERGELOMBANG dg PAKAIAN MERAH yg sdg DUDUK di TAMAN HIJAU di atas KURSI EMAS di bawahnya PERMADANI EMAS yg dipikul oleh EMPAT MALAIKAT yg berupa SEORANG LELAKI, dan BANTENG, dan BURUNG ELANG, serta SINGA. Ternyata ada sebuah LUKISAN NASHRANI yg menggambarkan YESUS sbg TUHAN dg ciri sama persis dg AQIDAH WAHABI tsb. Nah Lu, kok bisa SAMA gambaran TUHAN NASHRANI dg TUHAN WAHABI ???!!! Jangan-jangan SATU SUMBER nih ???!!!
70. Hei Wahabi ! Ente HARAMKAN sebut Rasulullah SAW dg SAYYIDINA, krn dianggap berlebihan. Tp Ente sebut IBNU TAIMIYYAH dan IBNU ABDUL WAHHAB dg SEGUDANG GELAR : Syeikhul Islam, Al-’Alim Ar-Rabbani, Auhadul Ulama, Awra’uz Zuhhad, Sayyidul Ulama, Khotimul Mujtahidin, Imamul Aimmah, dsb. Ape tuh gelar semuanye tdk berlebihan ??? Hei Wahabi, Adil Dong !!!
71. Hei Wahabi ! Kitab Ihya ‘Ulumid Din karya Imam Al-Ghazali rhm Ente cerca dan hina dg dalih isinya ada Hadits Palsu dan Lemah. Tp kitab Ar-Radd ‘ala Al-Jahmiyyah karya Ad-Darimi Al-Mujassim Ente puji setinggi langit, padahal isinya banyak Hadits Palsu dan Lemah. Dasar Curang… Culas…!! Wahabi CACING PASIR !!!
72. Hei Wahabi ! Katanye Ente ANTI KHUROFAT ?! Nih lihat halaman berikut dlm kitab MANAQIB AHMAD karya Ibnul Jauzi ttg DERAJAT Imam Ahmad Ibnu Hanbal : (188) Khidir AS dan Musa AS memuji Imam Ahmad. (189) Kubur Imam Ahmad menjaga Baghdad dari segala Bala’. (197) Melihat Ahmad lebih baik drpd ibadah setahun. (370) Pena Ahmad memberkahi pohon kurma yg tdk berbuah jadi berbuah. (513) Jin mengabarkan kematian Imam Ahmad sebelum wafatnya 40 hari. (549) Imam Ahmad menghardik Munkar Nakir krn tdk pantas menanyakannya “Man Robbuka?”, shg Munkar Nakir mina maaf. (550) Allah SWT tiap tahun ziarah ke Kubur Imam Ahmad. Bgmn nih ?? Khurofat bukan ?? !! Ternyata KHUROFAT WAHABI lebih gile !!!
73.Hei Wahabi ! Katanye Ente ANTI KHUROFAT ?! Nih lihat halaman berikut dlm kitab MANAQIB AHMAD karya Ibnul Jauzi ttg DERAJAT Imam Ahmad Ibnu Hanbal : (188) Khidir AS dan Musa AS memuji Imam Ahmad. (189) Kubur Imam Ahmad menjaga Baghdad dari segala Bala’. (197) Melihat Ahmad lebih baik drpd ibadah setahun. (370) Pena Ahmad memberkahi pohon kurma yg tdk berbuah jadi berbuah. (513) Jin mengabarkan kematian Imam Ahmad sebelum wafatnya 40 hari. (549) Imam Ahmad menghardik Munkar Nakir krn tdk pantas menanyakannya “Man Robbuka?”, shg Munkar Nakir mina maaf. (550) Allah SWT tiap tahun ziarah ke Kubur Imam Ahmad. Bgmn nih ?? Khurofat bukan ?? !! Ternyata KHUROFAT WAHABI lebih gile !!!
74. Hei Wahabi ! Masih soal KHUROFAT WAHABI. Dlm kitab MANAQIB AHMAD karya Ibnul Jauzi hal : (555) Imam Ahmad melihat dlm mimpi dirinya membai’at Allah SWT. (557) Lalu Allah SWT membanggakan Imam Ahmad depan para Malaikatnya. (562) Lalu Imam Ahmad menziarahi Allah SWT dan disediakan aneka hidangan. (563) Lalu Allah SWT berfirman bhw siapa yg tdk ikut Imam Ahmad maka diazab. (563) Allah SWT memerintahkan penduduk Langit dan para Syuhada menghadiri pengurusan jenazah Imam Ahmad. (564) Semua penduduk Langit dari pertama s/d ketujuh sibuk menyambut kedatangan Imam Ahmad. (567) Imam Ahmad sdh masuk surga dan sering ziarah kpd Allah SWT. (580) Barangsiapa sempit rizqinya lalu ziarah kubur Imam Ahmad di hari Rabu maka rizqinya diluaskan Allah SWT. (580) Allah SWT melihat ke kubur Imam Ahmad 70 ribu kali, shg siapa yg menziarahinya diampuni. (584) Barangsiapa dikuburkan di pemakaman Imam Ahmad maka diampuni dg berkahnya Imam Ahmad. Nah, nih KHUROFAT atau bukan ??? Kenape aneka KHUROFAT ini tdk Ente umumkan kpd umat Islam agar TIDAK TERSESAT !!!
75. Hei Wahabi ! Putra Imam Ahmad ibnu Hanbal yg bernama ABDULLAH dlm karyanya Kitabus Sunnah jilid 1 hal 184 – 210 menghina habis yg mulia IMAM ABU HANIFAH RHM dg FITNAH KEJI a.l : 1. Abu Hanifah adl KAFIR ZINDIQ. 2. Dlm Islam tdk ada yg lahir lebih jelek dan berbahaya drpd Abu Hanifah. 3.Abu Hanifah adl BIANG DOSA. 4. Abu Hanifah lebih jahat drpd pencuri. 5. Pengikut Abu Hanifah spt orang BUGIL di Masjid. 6. Benci Abu Hanifah dan pengikutnya adl berpahala. 7. Abu Hanifah lebih berbahaya drpd DAJJAL. 8. Abu Hanifah dan Shahabatnya adl kelompok paling jahat. 9. Abu Hanifah membolehkan KHAMR dan BABI. 10. Abu Hanifah disiksa kubur dan masuk NERAKA. Jadi, GAYA WAHABI suka KAFIRKAN umat Islam bukan ikut Imam Ahmad, tapi ikut ABDULLAH b Ahmad b Hanbal. Ayah lurus Ente enggak ikuti, eh..anak ngelantur Ente ikuti !!! Dasar Wahabi BOLOT and BODOL
76. Hei Wahabi ! Imam Al-Hasan Al-Barbahari wafat 329 H adl Imam Besar Madzhab Hanbali yg dipuja Wahabi. Dia berpendapat bhw Allah SWT mendudukkan Nabi SAW di samping-Nya di atas ‘Arsy. Lalu dlm kitabnya Syarhus Sunnah menyatakan bhw siapa saja yg berbeda dg apa yg ada dlm kitabnya tsb adl SESAT dan KAFIR. Di hal 125 Ia menyatakan bhw Ia lebih suka seorang muslim bertemu Allah SWT sbg Penzina, Fasiq, Pencuri, dan Pengkhianat drpd bertemu Allah SWT dg (Taqlid) pendapat Fulan dan Fulan. Luaaarrrr biasaaaa….Ajaran WAHABI bhw TAQLID yg merupakan masalah khilafiyah ternyata lebih BUSUK drpd Zina, Fasiq, Mencuri dan Khianat. Hiii….Wahabi sereeeem…. menakutkan….!!! Wahabi CUCU SYETAN !!!
77. Hei Wahabi ! Dulu IBNU TAIMIYYAH dan muridnya IBNUL QOYYIM berlebihan hingga mengkafirkan ASY’ARI dan SHUFI, lalu Imam As-Subki Asy-Syafi’i rhm mengarang kitab As-Saif Ash-Shoqiil (Pedang yg Berkilat) dan menanggapinya scr ilmiah hingga mengkafirkan mereka berdua dg hujjah kuat. Belakangan Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qoyyim TAUBAT dari mengkafirkan sesama muslim. Eh…kini Wahabi SONGONG sok mengkafirkan ASY’ARI dan SHUFI. Belajar dong dari TAUBAT Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qoyyim !! OTAK taro di tempatnye, jgn di DENGKUL !!!
78. Hei Wahabi ! Ente EKSTRIM, ane enggak takut !! Dulu kalangan Hanabilah KAKEK MOYANGNYE WAHABI mengepung rumah Imam Tafsir dan Tarikh Ibnu Jarir Ath-Thabari Asy-Syafi’i rhm saat wafatnya, dg tuduhan RAFIDHOH, krn cintanya kpd Ahlul Bait, shg terpaksa beliau dikubur dlm rumahnya oleh keluarga dan para muridnya. Nih, EKSTRIMISME KAKEK MOYANG LU ! Dasar Wahabi MUSUH ULAMA !! Dasar Wahabi MUSUH ISLAM !!!
79. Hei Wahabi ! Masih soal WAHABI EKSTRIM : Kitab Tarikh Ibnu Atsir rhm menyebutkan bhw Kaum Hanabilah KAKEK MOYANGNYE WAHABI pd masa Imam Al-Barbahari Al-Hanbali di Th.323 H banyak melakukan KEJAHATAN KEJI. Ibnu Atsir juga menceritakan aneka kejadian pd Th.567 H, a.l : Imam Al-Faqih Al-Buri Asy-Syafi’i diracuni krn beda pendapat dg Hanabilah. Ayo…mau lari kamane Lu ?! Ape lu masih punye nyali PERANG lawan ASY’ARI yg saat ini menjadi AS-SAWAD AL-A’ZHOM ???!!! Ayo…kalau berani !!! Dasar Wahabi JAHAAAAAT …..!!!
80. Hei Wahabi ! Ente PENGKIHANAT !! Dlm kitab Shafahat min Tarikh Al-Jaziirah karya DR. Muhammad Awadh Al-Khathib hal 240-248 disebutkan bhw : 1. Dlm Kongres Dunia Islam Th. 1926 M semua Ulama Dunia Islam sepakat bhw TIMUR TENGAH harus bersih dari pengaruh ASING, kecuali ULAMA WAHABI yg menolak. 2. Dlm Mu’tamar Al-Aqir di kota Ahsa – Saudi Th. 1341 H dibuat perjanjian tertulis PIMPINAN WAHABI dan Wakil Inggris Sir Percy Cox bhw sepakat ada NEGARA ISRAEL di Palestina s/d Qiamat. Pantes, Saudi enggak pernah mau bantu MUJAHIDIN PALESTINA !! Nah Lu ….kebongkar lagi KEDOK WAHABI !! Dasar Wahabi pake TOPENG MUNAFIQ !!!
81. Hei Wahabi ! Madzhab Ente Madzhab berdarah-darah !! Dlm kitab ‘Unwanul Majdi fi Tarikh Najdi karya Utsman b Abdullah b Bisyr An-Najdi Al-Wahhabi hal 257-258 mengakui dg BANGGA bhw di Th. 1802 SAUD dan pasukan WAHABI nya menyerang KARBALA membunuh 2000 orang di rumah dan pasar, merampas harta benda dan menghancurkan Rumah, Masjid dan Qubbah Kubur Husein, serta menjarah semua benda berharga di tempat ziarah Husein, dg DALIH memerangi kemusyrikan. Ente PERAMPOK PEMBUNUH atas nama AQIDAH !!! Wahabi Perampooook….Penjaraah…..Pembantai !!!
82. Hei Wahabi ! Masih soal KEBIADABAN WAHABI : Mufti Syafi’iyyah di Mekkah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (w.1304 H) dlm kitab Umara Al-Balad Al-Haram hal 297-298 bercerita ttg PEMBANTAIAN PENDUDUK THOIF dg biadab oleh Wahabi, dg mengatas-namakan aqidah yg lurus, shg banyak wanita dan anak-anak jadi korban. Dan banyak wanita ditawan, dan DIPAKAI dg dalih budak tawanan yg halal ditiduri. Kisah yg sama diceritakan juga oleh Muhammad Muhsin Al-Amin dlm Kasyful Irtiyab hal 18. Bahkan diakui oleh Sejarawan Wahabi Syeikh Abdurrahman Al-Jibrati dlm kitab tarikh ‘Aja-ib Al-Atsar fi At-Tarajum wal Akhbar yg dinukilkan oleh Muhammad Adib Ghalib dlm kitab Min Akhbar Al-Hijaz wa Najd fi Tarikh Al-Jibrati hal.90. WAHABI BIADAB ! WAHABI PEMBANTAI !! WAHABI PEMERKOSA !!!
83. Hei Wahabi ! Masih soal KEBIADABAN : Dlm kitab ‘Unwanul Majdi fi Tarikh Najdi karya Utsman b Abdullah b Bisyr An-Najdi Al-Wahhabi hal 135-137 menceritakan bhw di bulan Muharram 1220 H / 1805 M ribuan JAMA’AH HAJI yg masih ada di Mekkah DIBANTAI oleh Wahabi. Penduduk Mekkah disiksa, anak-anak diculik dan wanita dianiaya, hingga kelaparan melanda Mekkah. Selanjutnya Wahabi menyerang Madinah dan menjarah semua hadiah dari berbagai negeri yg ditujukan utk pembangunan Masjid Nabawi. Penduduknya mereka aniaya sbgmn pendiduk Mekkah. Alasannya bela AQIDAH WAHABI yg PALING MURNI. Tuh…Lu lihat sendiri KEBIADABAN WAHABI yg diceritakan oleh Sejarawan Wahabi sendiri ! Ini FAKTA SEJARAH ttg SERIGALA WAHABI yg RAKUS dan SERAKAH !! Lu mau pungkiri ?? Mana bisa Cong !!!
84. Hei Wahabi ! Masih soal KEBIADABAN WAHABI : Dlm kitab Tarikh Najd karya Ibnu Ghannam, yg dikeluarkan Kerajaan Saudi dg pengawasan Syeikh Ibnu Baz dan keluarga Aali Syeikh Muhammad b Abdul Wahhab, jilid 2 hal 57 diceritakan ttg Pasukan Syeikh Muhammad ibnu Abdul Wahhab menyerang kampung halamannya sendiri UYAINAH dan membunuh Penguasanya di dalam MASJID saat baru usai SHALAT JUM’AT, serta membunuh penduduknya yg tdk mau ikut Wahabi. Lihat juga kitab ‘Unwanul Majdi fi Tarikh Najdi karya Utsman b Abdullah b Bisyr An-Najdi Al-Wahhabi jilid 1 hal 23. Dahsyat kejamnya ! Kepung halaman sendiri diberangus !! Wahabi SUPER KEJAAAAAAM !!!
85. Hei Wahabi ! Masih soal KEBIADABAN WAHABI thd JAMA’AH HAJI : 1. Dlm kitab Shafahat min Tarikh Al-Jaziirah karya DR. Muhammad Awadh Al-Khathib hal 198-199 disebutkan bhw pd Th.1341 H /1921 M, seribu orang JAMA’AH HAJI YAMAN dibantai Tentara Saudi Wahabi di Lembah Tanumah. 2. Dlm kitab ‘Unwan Al-Majdi fi Tarikh An-Najd karya Utsman b Abdullah b Bisyr jilid 1 hal 139 dan 143, dg BANGGA bercerita bhw Keluarga SAUD dari Dir’iyyah dan Pasukan Wahabinya SUKSES menghadang JAMA’AH HAJI Syam, Mesir, Iraq, Maroko dan Turki shg tdk bisa Haji. 3. Di Th.1408 H /1986 M, sebanyak 329 JAMA’AH HAJI IRAN yg meneriakkan ANTI AMERIKA dan ISRAEL dibantai Tentara Saudi Wahabi di depan MASJIDIL HARAM. Ooi…Islam tdk ajarkan KEBIADABAN ! Gile Lu, JAMA’AH HAJI dibantai juga !! Dasar JANGKRIK BURIK….sesama sudare Lu sikat juga !!!
86. Hei Wahabi ! Muhammad Ibnu Saud dan Muhammad Ibnu Abdul Wahhab membangun KERAJAAN WAHABI dg DARAH MUSLIMIN yg dibantai di Mekkah, Madinah, Jeddah, Thoif, Qosim, Ahsa, Uyainah, Riyadh, bahkan di Iraq, Yaman, Kuwait, Bahrain, dsb, dg DALIH memerangi MUSYRIKIN krn tdk ikut TAUHID WAHABI. Lalu Wahabi menjarah harta mereka dg dalih PAMPASAN PERANG, lalu menjadikan wanita dan anak-anak mereka sbg BUDAK dg dalih TAWANAN PERANG. Mana boleh harta muslimin DIRAMPAS dan mana boleh wanita serta anak-anak muslimin dijadikan BUDAK oleh Wahabi yg ngaku MUSLIM ??!! Akan tiba saatnya : Kerajaan yg dibangun dg DARAH akan hancur pula dg DARAH. Wahabi BUDAK HAWA NAFSU yg menghalalkan segala cara !!!
87. Hei Wahabi ! Para Syeikh Wahabi menyalahkan Al-Husein RA MELAWAN KEZOLIMAN YAZID. Al-Husein RA yg CUCU dan SHAHABAT NABI SAW direndahkan Wahabi dg dalih KHURUJ ‘ANIL IMAM yaitu keluar dari Imam / Khalifah yg sah yakni Yazid. Lalu Yazid yg membantai Al-Husein dan Keluarga Nabi SAW lainnya dipuji-puji Wahabi. Tapi, saat Muhammad Ibnu Abdul Wahhab dan Muhammad Ibnu Saud MEMBANGKANG thd KHILAFAH TURKI UTSMANI via kerja sama dg INGGRIS, hingga meruntuhkan KHILAFAH ISLAMIYYAH, tdk ada Wahabi yg menyebutnya sbg KHURUJ ‘ANIL IMAM, bahkan ikut mendukungnya hingga kini. Apa-apaan nih ?! SHAHABAT enggak boleh berontak kpd PEMIMPIN ZOLIM, tp WAHABI boleh berontak kpd PEMIMPIN ADIL sekali pun. Ente mau jadi TUHAN ? Ente mau bikin AGAMA sendiri ? Ape enggak SESAT tuh ???!!!
88. Hei Wahabi ! Elu bilang MENGHINA SHAHABAT NABI SAW adl KAFIR. Nah, nih Gue kasih tahu bhw Imam Lu IBNU TAIMIYYAH dlm kitab Minhajus Sunnah telah MENGHINA SAYYIDINA ALI RA : 1. Ali orang yg SIAL dan berperang utk KEKUASAAN bukan utk AGAMA, serta LEMAH dan TIDAK ADIL. (2 / 203-204). 2. Ali sama dg FIR’AUN dan tdk pantas masuk SURGA. (2 / 202-205 dan 232-234). 3. Ali tercela dan bersalah krn
Pertanyaan untuk yang mengaku Wahabiyah, Asy-Syafi’iyah, atau Al-Asy’ariyah tentang TAHLILAN KEMATIAN :
1. Apakah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab pernah menggelar acara tahlilan kematian ketika terjadi peristiwa kematian? Mengapa?
2. Apakah Imam Syafi’i pernah menggelar acara tahlilan kematian ketika terjadi peristiwa kematian? Mengapa?
3. Apakah Imam Asy’ari pernah menggelar acara tahlilan kematian ketika terjadi peristiwa kematian? Mengapa?
Mohon dijawab singkat dan tuntas TIDAK PAKE JURUS MUTER-MUTER.
Insya Allah Amal baik, baca’an2 Qur’an dan Tahlil akan sampai kepada orang yg sudah meninggal. Kalu tidak sampai ya pahalanya buat yg membaca to….. hehe…… mbah Prapto koq ngeyel.
Mbak Ida, para ulama ahlus sunnah sepakat tentang sampainya mengirim pahala kepada orang yg sudah mati seperti yg terdapat dalam Al-Qur’an & hadits misalnya doa, sholat jenazah, sedekah, membayar hutang si mayit, membayarkan hutang puasa si mayit, menghajikan, dll asalkan tata caranya dilakukan sesuai dengan yg dituntunkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Bukan dengan berkumpul di tempat ahli mayit, membaca doa/dzikir bersama-sama, pada hari ini itu, yg tata cara ini menyelisihi tuntunan Nabi dan para sahabatnya.
Ya betul, Mas Prapto ini ngeyel.
SUDAH TAHU KALAU MEREKA NGGAK BISA NJAWAB DISURUH JAWAB.
SUDAH TAHU MEREKA SUKA MUTER-MUTER, DISURUH NDA MUTER-MUTER.
Tapi saya memilih meninggalkan tahlilan memperbanyak tahlil…meninggalkan yasinan memperbanyak baca Qur’an…meninggalkan sholawatan memperbanyak sholawat….kenapa eh kenapa????Karena:
1. Kalau tahlilan itu betul merupakan bid’ah yg diancam neraka oleh Rasulullah, alhamdulillah saya selamat dan tidak perlu capek2 dan berboros2 keluar biaya utk berbuat bid’ah
2. Kalau seandainya tahlilan itu disunnahkan, saya mohon kepada Allah spy dengan memperbanyak tahlil bisa menyusul pahala dari tahlilan…dan saya juga tdk akan bersedih, karena Rasullullah para sahabat, para tabiin dan tabiut tabiin juga tdk akan mendapatkan pahala tahlilan krn mereka yang mulia itu tidak melakukan tahlilan
Dan, sesungguhnya dalam perkara ibadah bukanlah ada/tidaknya dalil yg melarang yg dipertanyakan, tapi yg harus dipertanyakan adalah dalil yg memerintahkannya. Berbeda dengan urusan dunia yg semuanya silakan dilakukan kecuali ada dalil yg melarang. Saya rasa yg pro dan kontra tahlilan pasti tahu dgn kaedah ini.
Hehehehehee tahlil is the best, anti tahlilan mah lewaaaaatttt.
Heheheheheh mantaaab kau fpi. Teruskan!!!!!! Biar mereka tau rasa hahahahahah
Sangat sedikit ilmu sy tentang islam, yg sy tau hanya mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan larangan Nya. Tentang selamatan kematian sy banyak baca dr blogger dan isi tulisannya atau pendapatnya berbeda2 sampai bingung sy di buatnya. Di kampung sy tradisi selamatan 3, 7,40,100 hari sudah mendarah daging. Menurut sy kegiatan ini positif krn selain bs bersedekah jg bs menyambung tali siturrochim sesama muslim, tapi lama kelamaan sy berontak ketika sy melihat mereka memaksakan keadaan. Sebenarnya dr segi finansial mereka tdk mampu mengadakan selamatan, tp mereka rupanya berusaha dgn segala cara agar bs selamatan yaitu dgn berhutang, alasannya sudah tradisi. ketika sy tanya kenapa hrs berhutang? jawaban mereka aneh katanya sudah tradisi dan kalau tdk selamatan malu sama tetangga. Bukankah apapun yg kita lakukan hrs karena Allah SWT bukan karena tetangga atau tradisi yg simpang siur. Dan ini dilakukan sampai turun temurun di setiap keluarga. sudahlah cukup sedih karena kematian ditambah lg bingung cari biaya tahlilan. Bagaimana anda melihat fenomena ini ? terima kasih.
sebagai orang awam sayapun juga sedih mbak mela….. kenapa orang-orang yang berkirim doa, cinta kepada nabi sebagai tanda terima kasih atas segala nikmat islam, dan kasih sayang kok disalahkan… hmmmm…
PADAHAL NABI TIDAK PERNAH MELARANG TAHLILAN
PADAHAL NABI TIDAK PERNAH MELARANG MAULUD
PADAHAL APABILA NABI TIDAK MENGERJAKAN APAKAH ITU SALAH??
hmmmm….. sebagai orang awam saya sangat trenyuh memandang fenomena ini, hmmmm…… alangkah indahnya zaman perjuangan dahulu yang mana tanpa adanya perbedaan pendapat, tapi bersatu padu untuk indonesia raya, akankah para pejuang kita akan tersenyum melihat ini? ataukah nelangsa? hmmmm……
saya juga sering muter-muter di internet, kemudian kok ada yang nyangkut dihati akhirnya ketagihan deh ini situsnya mungkin mbak mela mau mampir, tambah pengalaman di jamin asyik deehhhh http://ummatipress.com dan ada makalah yang asyik juga, seperti ini:
Sembuhkan Virus Wahabi Dengan Memahami At Tark Secara Benar
Published October 19, 2012
Akhir-akhir ini muncul fenomena yang membingungkan tetapi ironisnya mereka tidak menyadarinya alias merasa normal-normal saja. Dimana sekarang sebagian anak-anak muda muslim telah menjadikan At Tark atau tarku an-Nabi (ترك النبي ) sebagai dasar hukum. At Tark yaitu hal-hal yang ditinggalkan atau tidak dilakukan Nabi Saw, telah lazim dijadikan hujjah (dasar/alasan hukum) untuk mengharamkan amal ibadah kaum muslimin.
Sebagaimana mereka telah menjadikan Bid’ah sebagai hukum haram, begitu juga At Tark dijadikan alasan untuk mengharamkan suatu perkara. Kita jadi bertanya-tanya atas kecerobohan mereka itu, apakah benar jika Rasul Saw meninggalkan atau tidak melakukan suatu perkara, lalu otomatis menjadi haram hukumnya bagi kita untuk melakukan suatu perkara itu?
Sebelum mendapatkan jawaban atas pertanyaan di atas sebaiknya kita memahami dahulu sebuah pertanyaan berikut: apakah benar jika Nabi saw tidak melakukan sesuatu, berarti Nabi ingin memberitahu kita bahwa sesuatu itu haram? Jelaslah tentu jawabannya adalah tidak, karena di sana ada sebab-sebab lain mengapa Rasulullah meninggalkan sesuatu, ini berarti bukan serta-merta sesuatu yang ditinggalkan Rasulullah Saw itu haram dilakukan oleh kaum muslimin.
Untuk lebih memahami secara benar permasalahan At Tark, berikut ini kami sajikan buat anda semua tentang pembahasan tuntas At Tark. Tulisan pertama berupa pembukaan yang ditulis oleh Akhi Agung. Lalu tulisan bagian kedua berupa penjelasan tuntas At Tark ditulis oleh Ustadz Abu Hilya. Yuk kita ikuti dan simak penjelasannya…..
At Tark Itu Bukan Dalil Untuk Mengharamkan atau Memakruhkan
Oleh: Ustadz Agung
Sesuatu yang tidak dilakukan Nabi atau Sahabat – dalam term ulama usul fiqih disebut at-tark – dan tidak ada keterangan apakah hal tersebut diperintah atau dilarang maka menurut ulama ushul fiqih hal tersebut tidak bisa dijadikan dalil, baik untuk melarang atau mewajibkan.
Sebagaimana diketahui pengertian as-Sunah adalah perkatakaan, perbuatan dan persetujuan beliau. Adapun at-tark tidak masuk di dalamnya. Sesuatu perkara yang ditinggalkan Nabi atau Sahabat mempunyai banyak kemungkinan, sehingga tidak bisa langsung diputuskan hal itu adalah haram, makruh atau wajib.
Alasan-alasan kenapa Nabi meninggalkan sesuatu:
1. Nabi meniggalkan sesuatu karena hal tersebut sudah masuk di dalam ayat atau hadis yang maknanya umum, seperti sudah masuk dalam makna ayat: “Dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”(QS Al-Haj: 77). Kebajikan maknanya adalah umum dan Nabi tidak menjelaskan semua secara rinci.
2. Nabi meninggalkan sesutu karena takut jika hal itu beliau lakukan akan dikira umatnya bahwa hal itu adalah wajib dan akan memberatkan umatnya, seperti Nabi meninggalkan sholat tarawih berjamaah bersama sahabat karena khawatir akan dikira sholat terawih adalah wajib.
3. Nabi meninggalkan sesuatu karena takut akan merubah perasaan sahabat, seperti apa yang beliau katakan pada siti Aisyah: “Seaindainya bukan karena kaummu baru masuk Islam sungguh akan aku robohkan Ka’bah dan kemudian saya bangun kembali dengan asas Ibrahim as. Sungguh Quraiys telah membuat bangunan ka’bah menjadi pendek.” (HR. Bukhori dan Muslim). Nabi meninggalkan untuk merekontrusi ka’bah karena menjaga hati mualaf ahli Mekah agar tidak terganggu.
4. Nabi meninggalkan sesuatu karena telah menjadi adatnya, seperti di dalam hadis: Nabi disuguhi biawak panggang kemudian Nabi mengulurkan tangannya untuk memakannya, maka ada yang berkata: “itu biawak!”, maka Nabi menarik tangannya kembali, dan beliu ditanya: “apakah biawak itu haram? Nabi menjawab: “Tidak, saya belum pernah menemukannya di bumi kaumku, saya merasa jijik!” (QS. Bukhori dan Muslim) hadis ini menunjukan bahwa apa yang ditinggalkan Nabi setelah sebelumnya beliu terima hal itu tidak berarti hal itu adalah haram atau dilarang.
5. Nabi SAW meninggalkannya karena memang tidak pemah memikirkan dan terlintas dalam pikirannya. Pada mulanya Nabi SAW berkhutbah dengan bersandar pada pohon kurma dan tidak pemah berpikir untuk membuat kursi, tempat berditi ketika khutbah. Setelah sahabat mengusulkannya, maka beliau menyetujuinya, karena dengan posisi demikian, suara beliau akan lebih didengar oleh mereka. Para sahabat juga mengusulkan agar mereka membuat tempat duduk dari tanah, agar orang asing yang datang dapat mengenali beliau, dan temyata beliau menyetujuinya, padahal belum pernah memikirkannya.
Dan Nabi bersabda:” Apa yang dihalalakan Allah di dalam kitab-Nya maka itu adalah halal, dan apa yang diharamkan adalah haram dan apa yang didiamkan maka itu adalah ampunan maka terimalah dari Allah ampunan-Nya dan Allah tidak pernah melupakan sesuatu, kemudian Nabi membaca:” dan tidaklah Tuhanmu lupa”.(HR. Abu Dawud, Bazar dll.) dan Nabi juga bersabda: “Sesungguhnya Allah menetapkan kewajiban maka jangan enkau sia-siakan dan menetapkan batasan-batasan maka jangan kau melewatinya dan mengharamkan sesuatu maka jangan kau melanggarnya, dan dia mendiamkan sesuatu karena untuk menjadi rahmat bagi kamu tanpa melupakannya maka janganlah membahasnya”.(HR.Daruqutnhi)
Dan Allah berfirman:”Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”(QS.Al Hasr:7) dan Allah tidak berfirman dan apa yang ditinggalknya maka tinggalkanlah.
Maka dapat disimpulkan bahwa “at-Tark” tidak memberi faidah hukum haram. Sehingga, kaidah yang sering digunakan oleh Salafi/Wahabi yang berbunyi : “Jika hal tersebut baik, tentulah Nabi dan para sahabat yang mulia akan melakukannya” atau “Kita harus meninggalkan segala sesuatu yang tidak pemah dikerjakan oleh Rasulullah SAW.” dalil andalan Wahabi or salafi ini tidak dapat digunakan. Dan memang kaidah seperti itu tidak ada dalam ushul fiqih.
Kepada teman teman ASWAJA, jika ada pernyataan saya yang salah, silahkan dikoreksi.
yang lain banyak mbak mela, asyik kok….banyak temen disana, mari…
hmm…berrti kita gg boleh pake celana?? 🙁 kan kanjeng Nabi SAW memakai tob ( jubah),,berarti kita kita gg boleh naik mobil atau motor karena kanjeng Nabi SAW naik kuda atau unta? berarti kita gg mkan nasi karena kanjeng Nabi SAW makan roti…berarti kita gg boleh mandi pakai sabun? karena pada masa kanjeng Nabi SAW belum ada sabun…
nagoro, dangkal bener pemikiranmu. nabi ga pernah naik mobil karana saat itu belum ditemukan dan belum ada mobil atau motor. nabi tidak makan nasi karna di mekah madina tidak ada sawah. nabi ga pake sabun karna zat kimia dalam sabun baru ditemukan pada jabir ibnu hayyan. kalau benda-benda itu sudah ada, mungkin saja nabi mau menggunkannya. tetapi pada masa nabi sudah ada al quran (malah nabi sendiri yang menerima al quran), tetapi kenapa nabi tidak membaca al quran di keluarga orang yang meninggal dan nabi tidak pernah membaca al quran di kuburan? saat itu sudah ada kalimah-kalimah thoyyibah, (seperti tahlil, tahmid, tasbih, dan doa dll) kenapa nabi tidak pernah membaca itu semua untuk acara kumpul2 di keluarga mayit? yukkkkkkkkkkkkk
Kita kembali ke TOPIK :
Belum ada yang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini :
1. Siapakah ulama dari kalangan SYAFI’IYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
2. Siapakah ulama dari kalangan MALIKIYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
3. Siapakah ulama dari kalangan HANBALIYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
4. Siapakah ulama dari kalangan HANAFIYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
Tolong bagi saudara muslim siapapun untuk menjawab pertanyaan di atas.
NDA USAH MUTER-MUTER.
OK?
Hehehhehhe…… mujadalah ya? alhamdulillah dikampung ane tahlilan jalan terus…. alhamdulillah…
Pengen komen paling terakhir mas? Nt menang mas….. heheheh hati hati lho mas….. jangan sampai sombong, nt menang dan aswaja kalah hehehehehe
Kita kembali ke TOPIK :
Belum ada yang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini :
1. Siapakah ulama dari kalangan SYAFI’IYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
2. Siapakah ulama dari kalangan MALIKIYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
3. Siapakah ulama dari kalangan HANBALIYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
4. Siapakah ulama dari kalangan HANAFIYAH yang menggelar acara tahlilan kematian pada saat ada peristiwa kematian?
BELUM ADA YANG JAWAB PERTANYAAN DI ATAS.
Mas Prapto..mas Prapto, kita di Indonesia ini mayoritas syafiiyah, jadi mayoritas ulama di indonesia adalah ulama mahzab syafie, dan mayoritas orang Indonesia mengadakan tahlilan ketika meninggal berdasarkan petunjuk para ulama tsb, bisa dicek kekampung2 diplosok jawa,kalimantan,sumatera dll,salah satu gerakan Islam di Indonesia yg paling kental akan Syafienya adalah NU, jd kalau tanya ulama syafiiyah yg mengadakan tahlilan forum ini tidak akan cukup menulis nama2 mereka semua, ngerti toh mas..
Jurus ngeles yang halus. Padahal pertanyaannya simpel, jawabnya muter-muter.
saya asli keturunan kyai NU di daerah semarang yang lahir dan dibesarkan di kalangan insan bertahlilan pada upacara kematian, satu acara amat sakral bagi umat NU yang hampir2 mengalakan rukun islam yang lima. shalat lima waktu saja tidak cukup kalo tidak ikut tahlilan, bahkan umat kristen pun kikuk kalo tidak ikut tahlilan. setelah saya mempelajari dan mengkaji dari berbagai sumber/ referensi, tahlilan kematian plus jamuan makan-makan adalah dianggap/ dipandang sebagai sekumpulan orang-orang yang meratapi kepergian anggota keluarganya yang telah meninggal. demikian demikian menurut sahabat jabir bin abdullah al-bajali. hukum meratapi mayat adalah haram. bagi kaum nahdhiyyin pelaksanaan acara tahlilan itu dianjurkan berdasarkan satu dua dalil pada masa tabi’in, tetapi dalil-dalil yang mencela dan melarang sama sekali tidak dicantumkan. bukankah imam syafi’i jelas-jelas mengatakan, “aku benci ma’tam”. pengikut NU yang getol mengkaji kitab-kitab kuning yang tebal-tebal pasti tahu apa arti ‘ma’tam’, yaitu berkumpul-kumpul di keluarga mayit meskipun tidak ada tangisan tapi dapat memperbaharui kesedihan.
tentang wali songo yang mengenalkan tahlilan, mereka telah menggunakan metode yang 100% tepat di waktu itu. sunan kalijogo sebagai penemu tahlilan sempat ditegur oleh wali-wali seniornya, “apa itu (tahlilan) tidak membahayakan?” sunan kalijogo kemudian menjawab sekaligus berpesan, “biarlah nanti umat islam sendiri yang mengembalikan kepada ajaran islam yang murni.”
fenomena tahlilan tampaknya menjadi kegiatan fardu ‘ain bagi yang melaksanakannya hingga memandang ‘aneh’, sesat dan melenceng agamanya bahkan tidak mengikuti sunah bagi yang tidak melaksanakannya. sebenarnya siapa yang telah keluar dari sunah? pernahkan rasul saw menyuruh berkumpul2 di keluarga mayit pada hari-hari tertentu? rasul saw tidak pernah menyuruh walau pakai bahasa isyarat, apalagi bahasa verbal. siapa yang harus dipermasalahkan, yang tahlilan atau yang tidak tahlilan? kenyataannya, yang tidak tahlilan dikucilkan karena dirasa aneh. memang, “nanti orang-orang yang mengamalkan sunah dipandang aneh.” demikian sabda rasul saw.
1. tahlilan pada hari 1, 7, 40, 100, 1000, mendak pisan, mendak pindho dan seterusnya sejatinya adalah peniggalan agama hindu di tanah jawa, dalam kitab reg wedha disebutkan selamatan di hari2 tersebut akan membantu si almarhum masuk surga setelah sampai selamatan yang ke 1000 hari (jadi wajib di tinggalkan niat untuk selamatan di hari2 tersebut, kalaupun ada rezeki lebih bisa di niatkan sodaqoh tpi tetap tidak di anjurkan di hari2 tersebut itupun tanpa kenduri karna kenduri termasuk upacara dalam agama hindu, mulai dari makanan yang disajikan/ tumpeng dan lain2 sampai ngajatne karna bacaan dalam ngajatne itu sejatinya doa orang hindu yang di alih bahasa ke bahasa jawa yang tercantum dalam kitab reg wedha).
2. wali songo menyisipkan doa dan tahlil pada acara selamatan hari 1, 7, 40, 100, dan seterusnya hanya untuk mengenalkan sekaligus mengislamkan masyarakat jawa pada masa itu yang sudah menganut agama hindu selama 600-700 tahun sehingga menjadikan acara selamatan yang sebenarnya cara ibadah hindu tersebut sebagai budaya adat di jawa. wali songo berusaha mengajarkan islam secara halus tanpa kekerasan radikal dan penolakan langsung terhadap budaya yang sudah lama ada, jadi kita sebagai masyarakat yang lebih pintar dan lebih banyak ilmu dari masyarakat pada jaman wali songo harus lebih bijak menelaah cara wali songo yang terbukti bisa mengislamkan mayoritas indonesia daripada hanya saling debat. BISAKAH KITA MENGISLAMKAN MAYORITAS INDONESIA SEPERTI WALI SONGO ????
3. JADI TAHLIL SEBENARNYA TIDAK PERLU DIPERDEBATKAN, SELAMA NIATNYA TIDAK MENGIKUTI ADAT JAWA YANG SEBENARNYA IBADAH HINDU YANG MENGAKAR PADA ORANG JAWA, JIKA NIATNYA SODAQOH TANPA MERASA DI BERATKAN DENGAN BIAYANYA TIDAK MASALAH KARNA SEGALA SESUATU TERGANTUNG NIATNYA. TAPI JIKA NIATNYA UNTUK MENGIKUTI ADAT YANG SALAH KAPRAH JADI SALAH JUGA SEMUANYA MULAI DOA TAHLILANNYA SAMPAI SODAQOHNYA.
SEORANG PELACUR PUN BISA MASUK SURGA ATAS IZIN ALLAH SWT HANYA KARNA NIAT TULUSNYA MENOLONG SEEKOR ANJING YANG DI NAJISKAN DALAM ISLAM.
INTINYA SEGALA SESUATU TERGANTUNG NIATNYA, SETIAP ORANG BERHAK UNTUK BERSODAQOH DAN BERDOA KAPAN PUN DI MANAPUN ASAL TIDAK SALAH NIATNYA DAN CARA PELAKSANAANYA.
Nabi memiliki beberapa anak, yang anak laki2 semua meninggal sewaktu masih kecil. Anak-anak perempuan beliau ada 4 termasuk Fatimah, hidup sampai dewasa. Ketika Nabi masih hidup, putra-putri beliau yg meninggal
tidak satupun Selamatan, kl di do’akan sudah pasti, karena mendo’akan orang tua, mendo’akan anak, mendo’akan
sesama muslim amalan yg sangat mulia.
Ketika NABI wafat, tdk satu sahabatpun yg
mengadakan Selamatan, untuk
NABI, Fatimah tdk mengadakan Selamatan, padahal Fatimah putrinya yg paling dicintai Nabi..
Apakah Fatimah durhaka..???
Apakah Nabi dianggap HEWAN..???? (kata sdr sebelah)
Para sahabat Utama masih lengkap.., masih hidup..
ABU BAKAR adalah mertua NABI,
UMAR bin KHOTOB mertua NABI,
UTSMAN bin AFFAN menantu NABI 2 kali malahan,
ALI bin ABI THOLIB menantu NABI.
Apakah para sahabat tidaj mengerti….,
Apakah para sahabat menganggap NABI hewan….
(menurut kalimat sdr sebelah)
Apakah Utsman menantu yg durhaka.., mertua
meninggal gk mengadakan Selamatan,…
Apakah Ali bin Abi Tholib durhaka.., mertua
meninggal gk mengadakan Selamatan,….
Apakah mereka LUPA ada amalan yg sangat baik, yaitu mengadakan Selamatan, koq NABI wafat tdk di adakan SELAMATAN..?
Masalah Bersin (wahing) saja, di atur oleh Syariat dan ada tata caranya, masak masalah KEMATIAN yg begitu besar dan membuat sungkawa, NABI saw lupa mengatur..?? Harusnya masalah KEMATIAN lebih penting dr sekedar BERSIN (wahing)… MENGAPA..TDK ADA TUNTUNAN???
Memang Alloh SWT dan Nabi SAW tdk memerintahkan
untuk SLAMETAN.., RITUAL an, dan acara2 lain untuk KEMATIAN.
Saudaraku semua…, sesama MUSLIM…
saya dulu suka ikut Selamatan, tetapi sekarang tdk pernah sy lakukan. Tetapi sy tdk pernah mengatakan mereka yg mengadakan Selamatan, berati begini.. begitu dll. Para tetangga awalnya kaget, beberapa dr mereka berkata:” sak niki koq mboten nate ngrawuhi acara Selamatan, Gus..” sy jawab dengan baik:”Kanjeng Nabi soho putro putrinipun sedo nggih mboten mengadakan Selamatan, tapi di dongak ne, pas bar sholat, pas nganggur leyeh2, lan sakben wedal sak saget e…? Jenengan menghadiri Selamatan
monggo…, sing penting ikhlas.., pun ngarep2 daharan e…” mereka menjawab: “nggih Gus…”.
sy pernah bincang-bincang dg kyai di kampung saya, sy tanya, apa sebenarnya hukum mengadakan Selamatan..?
Dia jawab Sunnah.., tdk wajib.
sy tanya lagi, apakah sdh pernah disampaikan kepada msyarakat, bahwa mengadakan Selamatan, sunnah, tdk wajib…??
dia jawab gk berani menyampaikan…, takut timbul masalah…
setelah bincang2 lama, sy katakan.., Jenengan tetap mengadakan Selamatan, silahkan, tp cobak saja disampaikan hukum aslinya …, sehingga nanti kita di akhirat tdk dianggap menyembunyikan ILMU, karena takut kehilangan anggota.., wibawa dll.
Untuk para Kyai…, sy yg miskin ilmu ini, berharap besar pada Jenengan semua…., mengadakan Selamatan, silahkan kl menurut Jenengan itu baik, tp sholat santri harus dinomor satukan..
sy sering kunjung2 ke MASJID yg ada pondoknya.
tentu sebagai musafir saja, rata2 sholat jama’ah nya menyedihkan.
shaf nya gk rapat, antar jama’ah berjauhan, dan
Imam rata2 gk peduli. selama sy kunjung2 ke Masjid2 yg ada pondoknya, Imam datang langsung Takbir, gk peduli tentang shaf…
Untuk saudara2 salafi…, jangan terlalu keras
dalam berpendapat… dari kenyataan yg sy liat, saudara2 salfi memang lebih konsisten.., terutama dalam sholat.., wabil khusus
sholat jama’ah… tapi bukan berati kita meremehkan yg lain.., kita do’akan saja yg baik… siapa tau Alloh SWT memahamkan sudara2 kita kepada sunnah shahihah dengan lantaran Do’a kita….
Demikian uneg2 saya, mohon maaf kl ada yg tdk
berkenan…
semoga Alloh membawa Ummat Islam ini kembali ke
jaman
kejayaan Islam di jaman Nabi…, jaman Sahabat..,
Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in
Amin ya Robbal Alamin
Buat mas prapto,sy kasi contoh kecil siapa2 aja yg tahlilan di Indonesia,sampean punya TV kan dirumah, kemaren telah berpulang kerahmatullah Hb.Munzir bin Fuad Al Musawa,jenazah beliau diantar oleh ribuan ummat dan diadakan tahlilan utk beliau diberbagai kota ditanah air,kemudian almarhum Ustad Jefri Al Bukhari yg barusan meninggal pula yg diantar oleh ribuan ummat,dan diadakan tahlilan hingga 40hari beliau diberbagai kota,kemudian almarhum taufik kiemas diadakan tahlilan,almarhum Kh.Abdurahman Wahid diadakan tahlilan,almarhum pak Harto diadakan tahlilan,terlalu banyak kalo sy tulis satu persatu,pertanyaan sy dimanakah tempat orang2 tersebut yg melaksanakan bid’ah menurut mas prapto,apakah dineraka??lantas dimanakah tempat anda mas prapto yg mengkafirkan orang2 tersebut??apakah disurga?? Jawab mas prapto?belum lg haul guru ijai dikalimantan selatan yg diharidi puluhan ribu kaum muslim tiap tahun,haul Hb,Husin luar batang yg dihadiri ribuan orang,belum lagi wali songo,para aulia yg bertebaran diseluruh indonesia yg diperingatkan haul dan ditahlili,apakah mereka semua dineraka? Picik dan keji skali pikiran anda,hanya andakah disurga,mas prapto,penuduh kaum muslimin
Sudah sy sebutkan sebagian kecil ulama tanah air yg melaksanakan bidah seperti yg andan mau,wahai penuduh dan pemfitnah kaum muslim,”mas prapto”,belum lg ulama manca negara dr berbagai mahzab,anda pernah kemesir,pernah menghadiri haul dan tahlil Sayyid Ahmad Badawi,atau anda pernah ke Yaman menghadiri Haul dan Tahlil Nabiyullah Hud AS,atau anda pernah ke Maroko menghadiri Haul dan Tahlil Sayyid Ahmad At Tijjani,atau anda pernah ke Irak menghadiri Haul dan Tahlil Sulthon Aulia Syeh Abdul Qodir Jailani,kalau utk beliau Ra hampir diperingati diseluruh penjuru “muslim”, sy tanyakan kepada anda mas prapto,orang yg rupa2nya satu2nya penghuni surga,pemfitnah kaum muslim,bagaimanakan keadaan ahli bidah yg lain diseluruh penjuru bumi,apakah mereka masuk neraka karena melakukan apa yg anda tuduh bidah,padahal mereka jg punya dalil??? Dan apakah anda,si tukang fitnah kaum muslim masuk surga sendiri??
Mas Abdullah, maap kalau pertanyaan saya membuat anda tersinggung. Kok segitu sewotnya. Atas dasar apa anda menuduh saya tukang fitnah? Anda terlalu paranoid, sama seperti kyai2 dikampung, kalau ditanya baik2 jawabannya marah2.
Kalau pemahaman ‘ulama’ menurut anda seperti itu sih saya nggak usah nanya mas, karena dikampung saya guru ngaji saja dipanggil ulama, khotib di masjid dipanggil ulama. pemimpin tahlilan dipanggil ulama. Yang saya maksud adalah para ulama penyusun kitab fiqih (Ahli fiqih).
Memangnya Gus Dur, Pak Harto, Ust Jefri itu ahli fiqih mas?
Kan sudah sy sebutkan ulama2 ahli fikih diberbagai belahan dunia yg ditahlilkan,diperingatkan haulnya dan sebagainya,wali songo apa bukan ahli fikih? Wali songo ahli fikih dr kalangan mahzab Syafiiyah yg menyebarkan Islam, dan merekalah yg mengajarkan amalan2 tersebut,mungkin kakek2 anda pun islam sebab dakwah mereka,syeikh Abdul Qodir Jailani ahli fikih dr mahzab Hambali, Apa anda ini ahli fikih mas? Lantas bagaimana orang yg melaksanakan amalan tersebut? Apakah neraka mas,sebab mereka telah melaksanakan bidah,dan anda yakin bahwa semua bidah itu neraka? Apakah mereka semua masuk neraka mas? Apakah mereka semua tersesat mas prapto? Apakah mereka dan mayoritas pemeluk agama Islam di indonesia sesat? Tolong dijawab,sy sudah menjawab pertanyaan anda soal ulama berbagai mahzab yg ditahlili dan dihaulkan
Mas Abdullah menulis :
“lantas dimanakah tempat anda mas prapto yg mengkafirkan orang2 tersebut??apakah disurga??”
Prapto menjawab :
Siapa yang mengkafirkan orang mas?
Mas Abdullah menulis :
“Dan apakah anda,si tukang fitnah kaum muslim masuk surga sendiri??”
Prapto menjawab :
“Apa buktinya saya tukang fitnah. Ternyata anda sendirilah yang tukang fitnah, memfitnah saya sbg tukang fitnah,
Anda juga menganggap Pak Harto, Taufik Kiemas, dan ust Jefri sbg ulama. ITU FITNAH!”.
Coba anda simak baik2 komen2 yg pro tahlilan. Rata2 emosional, marah2, paranoid. Inikah tanda keikhlasan?
Coba anda simak baik2 komen2 yg pro tahlilan. Rata2 emosional, marah2, paranoid. Inikah tanda keikhlasan?
Bandingkan dengan tulisan:
https://tulisansulaifi.wordpress.com/2017/07/27/selamatan-kematian-menurut-islam/
Apakah bernada emosi?
Good work
Keep it up