Dina Y.Sulaeman[/note]
Tidak hanya peristiwa Sampang, Masih ada lagi masalah yang harus kita kritisi bersama. Intelijen itu tidak pernah kecolongan, informasi berton-ton selalu berhasil dikumpulkan dan dianalisa tapi berpulang pada usernya yang mengatakan intelijen kecolongan itu bisa sengaja menipu diri sendiri, sengaja menyalahkan, atau tidak tahu apa-apa tentang dunia intelijen.
Tahukah anda bahwa bisa jadi isu sampang untuk menutupi isu rebut-ribut investasi minyak bumi di Madura?
Tahukah anda siapa yang repot-repot membantu pemerintah membangun jembatan Madura? Giliran mau ambil untung dibikin kisruh ada yang mengatakan kalau Madura itu ‘madunya’ Negara Indonesia..
Perlu diketahui bahwa kontrak eksploitasi migas di Madura ada yang habis akhir tahun kemarin, sampai sekarang belum ketahuan kontrak barunya, yang bermain di Madura : ARCO-Kangean Block, Trend Java Sea Block, Masalembu Shell, British Petroleum, Sakala Timur, Mobile Oil, ini juga : Amco Indonesia, Hudbay Oil International, Anadarko, Petronas Carigali, dan Santos Oil.
Sedangkan pemerintah lebih condong ke PT Energy Mega Persada (EMP) Kangean Limited, total biaya pembangunan Suramadu sebesar Rp 4,5 triliun, sekitar Rp 2,1 triliun di antaranya berasal dari negeri Cina, memangnya ada yang berani bertaruh uang sebesar itu untuk jalan tol suramadu yang tidak begitu ramai? Pasti ada sebab lain..
Sejak tahun 2003, pemerintah menjajaki skema imbal dagang (counter trade) dengan Cina atas bantuan pembiayaan atas sejumlah proyek vital, ini proyeknya : pemerintah akan memprioritaskan pada proyek pembangunan rel ganda (double track) dan jembatan Suramadu (Surabaya-Madura), sedangkan potensi Migas di Kabupaten Sampang, adalah sumur Migas Oyong yang berlokasi di lepas pantai Camplong, ketika media meributkan kasus sampang, seharusnya kita bisa mengamati bahwa ada kemiripan antara Madura dan Papua, kemiripan itu terletak pada nasib warga Madura dan Papua yang sama-sama menderita ketika sumber daya alam yang melimpah dikeruk swasta.
Jangan mau terkecoh oleh konflik Sampang yang sebenarnya tidak perlu seheboh ini. Tengoklah ketimpangan ekonomi yang ada di Madura, Blok West Madura di utara Bangkalan, Madura, setiap harinya menghasilkan 14 ribu barel per-hari, atau semurah-murahnya senilai US$ 1,4 juta, belum ditambah gas alam sebanyak 113 juta kaki-kubik, dengan harga US$ 2,8 per-meter/kubik.
KPK harus menyelidiki proses pengalihan pemegang saham BWM kepada PT Sinergindo Citra Harapan (SCH) dan Pure Link Investment (PLI) Ltd, kontrak kerjasama eksploitasi BWM ditandatangani pada 7 Mei 1981. dimiliki oleh Pertamina (50%) serta Kodeco dan CNOOC masing-masing 25% tahun 2004 dibuat Peraturan Pemerintah (PP Nomor 35 tahun 2004) tentang kontrak kerjasama maupun pengalihan Participating Interest (PI), dalam pasal 28 disebutkan, kontraktor dapat mengajukan perpanjangan kontrak ke Menteri ESDM melalui BP MIGAS dalam pasal 33 juga diatur, pengalihan PI diatur dalam pasal 33, dengan prosedur yang sama sehingga dimanfaatkan kontraktor non pemerintah, 2 kontraktor non-pemerintah (Kodeco dan CNOOC) mengalihkan PI masing-masing separuh sahamnya (12,5%) kepada pihak lain (PT SCH dan PLI Ltd), jadi, sharing saham BWM menjadi Pertamina (50%) Kodeco (12,5%), CNOOC (12,5%), PT SCH (12,5%), serta PLI Ltd (12,5%) masyarakat Madura mempertanyakan mengapa Kementerian ESDM dan BP MIGAS meluluskan kepemilikan alih saham PI kepada PT SHC dan PLI Ltd? Padahal keduanya tidak dikenal di dunia persilatan yang menaungi perusahaan minyak.
Kodeco punya track-record kurang baik di Jawa Timur. antara lain pendalaman pipa gas di dasar laut tidak sesuai dg Peraturan Dirjen Migas, seharusnya pipa ditanam sedalam 19 meter, namun oleh Kodeco hanya dibenamkan sedalam 12 meter.
Untuk melihat betapa kayanya Madura kita lihat apa yang diterima oleh Kabupaten Sumenep dari bagi hasil migas untuk tahun 2011 dan 2012, masyarakat belum tahu berapa PAD yang dihasilkan dari Migas. belum termasuk dana CSR yang selama ini tidak jelas peruntukannya, dipublikasikan hanya sekitar Rp4 miliar dari sumber migas. padahal, Rp4 miliar itu untuk program community development (CD), tahun 2012 ini, Sumenep diperkirakan akan mendapatkan dana bagi hasil minyak dan gas sebesar Rp 8,8 triliun, pajak personal pegawai Migas belum masuk ke APBD, berapa nilai pajak galian C-nya, corporate social responsibilty (CSR), dana bagi hasil (DBH) dari PT Santos belum masuk APBD serta DBH PT Kangean Energy Indonesia (KEI) yang juga tidak pernah di publikasikan. dalam lampiran peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 08/PMK.07/2012, Sumenep akan mendapatkan dana bagi hasil dari minyak bumi dan gas bumi, di Sumenep ada 10 kontraktor-kontrak kerja sama (K3S) migas yang melakukan eksploitasi maupun eksplorasi Migas agar kita tahu siapa saja operator migas di Madura berikut ini saya sertakan datanya :
Blok Bawean Operator: Camar Resources Canada Inc Kontraktor: Kerr-McGee of Indonesia Inc (Amerika Serikat).
Blok Bulu Operator: Pearloil Satria Ltd (Uni Emirat Arab) Kontraktor: Sebana Ltd.
Blok Pangkah Operator: Amerada Hess Indonesia-Pangkah Ltd (Amerika Serikat) Kontraktor: Premier Oil Pangkah Ltd.
Blok Onshore and Offshore Madura Strait Area Operator: Husky Oil (Madura) Ltd Kontraktor: Hudbay Oil International Ltd (Inggris).
Blok Karapan Operator: Amstelco Karapan Pte Ltd (Inggris) Kontraktor: Amstelco Karapan Pte Ltd Blok East Bawean I Operator: East Bawean.
Blok East Bawean I Operator: East Bawean Ltd (Kanada) Kontraktor: CJSC Sintezmorneftegaz (Rusia).
Blok South East Madura Operator: PT Energi Mineral Langgeng Kontraktor: PT Energi Mineral Langgeng.
Blok East Bawean II Operator: Husky Oil Bawean Ltd (Kanada) Kontraktor: Husky Oil Bawean Ltd.
Blok North East Madura III Operator: Anadarko Indonesia Company (Amerika Serikat) Kontraktor: Anadarko Indonesia Company.
Blok Madura Offshore Operator: Santos Madura Offshore Pty Ltd Kontraktor: Talisman Madura Ltd (Kanada).
Blok Mandala Operator: PT Bumi Hasta Mukti-Fortune Empire Group Ltd Kontraktor: Konsorsium PT Bumi Hasta Mukti-Fortune Empire Group Ltd.
Blok West Madura Operator: Kodeco Korea (6 Mei 1981-6 Mei 2011), Pertamina (7 Mei 2011-7 Mei 2031). Kontraktor: Kodeco Energy Company Ltd (6 Mei 1981-6 Mei 2011), Pertamina (7 Mei 2011-7 Mei 2031).
Blok North Madura Operator: Konsorsium Australian Worldwide Exploration North Madura NZ Ltd-North Madura Energy Ltd. Kontraktor: Konsorsium Australian Worldwide Exploration North Madura NZ Ltd-North Madura Energy Ltd.
Blok Ketapang Operator: Petronas Carigali Ketapang II Ltd (Malaysia) Kontraktor: Gulf Resources Ketapang (ConocoPhillips-Amerika Serikat).
Blok Terumbu Operator: Australian Worldwide Exploration Terumbu NZ Ltd Kontraktor: Australian Worldwide Exploration Terumbu NZ Ltd.
Blok South Madura Operator: South Madura Exploration Company Pte Ltd Kontraktor: PT Eksindo South Madura.
Blok Madura Operator: Society Petroleum Engineers Petroleum Ltd (Cina) Kontraktor: Society Petroleum Engineers Petroleum Ltd.
Jadi jangan kaget, pulau Madura sebenarnya kaya raya, baik kaya budaya tapi juga kaya ekonomi. tidak hanya penghasil garam dan kyai saja, ternyata ada banyak masalah pada pengelolaan potensi Migas Madura, seperti dalam hal bagi hasil yang dinilai tidak transparan, akhirnya rakyat madura juga yang merana ditengah tingkah pola kaum kaya yang menyedot kekayaan Madura bak vampir haus darah.
Sumber: http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=9305&type=2#.UHhU_RJ5O7k